Mohon tunggu...
Rizal Pahlefi
Rizal Pahlefi Mohon Tunggu... Guru - Guru & Mahasiswa

Jika hujan menyuburkan tanah dan menumbuhkan tanaman maka al-Qur'an membersihkan hati dan menyuburkan ketaqwaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Semantik dalam Karya Tafsir Kontemporer

13 Desember 2023   17:35 Diperbarui: 13 Desember 2023   17:41 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya ia menjelaskan menifestasi dari kata hilm adalah waqr, sedangkan menefistasi kata jahl  adalah zulm, jika jahl dipahami sebagi sisi dalam dalam seseorang sedangkan zulm sisi luar, maka kapaun orang kehilangan kontrol diri maka ia dinamakan jahil, kemudian konsep tersebut dalam warna yang lebih tinggi kata jahl dipahami sebagai pembelaan terhadap kehormatan diri, yaitu sebuah kemarahan apabila kehormatannya ‘ird diganggu, dalam kasus ini maka dapat pahami bahwa maksud dari menjaga kehormatan diri/‘ird adalah konsep penolakan diri dari bentuk hinaan dalam hal ini pula dalam pengertian pra- Islam, inilah yang dipahami toshihiko sebagai hamiyyat al-jahiliyyah yang disebutkan dalam al-Qur’an, bagi mereka siapa saja yang mengajak tunduk dan patuh kepada Allah sebagai penguasa mutlak maka harus ditolak yang dianggap sebagai hinaan yang merendahkan mereka.

Kedua, Menurut Toshihiko makna kedua ini memiliki sangkut paut terhadap makna pertama dengan kata jahil, yaitu menyangkut dengan intelektual seseorang, apabila seseorang tidak dapat mengontrol emosinya yang meluap-luap dari berbagai bentuknya baik dari segi penolakan terhadap sesuatu yang dianggap merendeahkan mereka atau dari pengertian kemerahan yang meluap-luap tanpa kendali, maka akan menjadikan akal lemah dalam diri manusia, agar dia tetap menjadi seimbang dalam situasi apapun maka anda harus menjadi halim. 

Hilm juga dapat diarahkan kepada sikap yang lain, yaitu kemampuan memimpin dan kebijaksanaan politik, penunjukan kebijaksanaan dan kenegerawanan yang luar biasa yang berdasarkan pada pengontrolan yang sempurna terhadap perasaannya sendiri dalam bergaul dengan masyarakat terutama dalam mengendalikan dan memerintah orang lain, inilah yang dimiliki orang-orang Arab, sifat ini pada masa jahiliah sangat berpengaruh dan diakui oleh pemimpin/sayyi, dalam pengertiannya jika sifat hilm oleh masyarakat jahiliyyah digunakan dalam perdagangan maka Nabi Muhmmad saw. menggunakannya dalam mendakwahkan kegamaan (relegius)

Jahl dalam pengertian kedua ini bukanlah sifat permanen pada manusia, ia merupakan sikap  letupan nafsu yang sering kali terjadi disaat jiwa seseorang tidak seimbang, jika letupan ini sering terjadi pada seseorang sehingga menjadikan karakter, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut tidak mampu menimbang persoalan apapun, sehingga ia berpemahaman dangkal, sehingga dalam perbuatan dan perkataannya tersebut cenderung salah karena hasil analisa dangkal, maka dalam hal ini secara langsung telah membawa kita untuk memahami pengertian jahl sebagai sebuahbentuk kedangkalan dalam mempertimbangkan sesuatu yang mashlahat.

Sejalan dengan makna tersebut al-Qur’an menjelaskan keadaan orang miskin namun ia tetap menjaga diri dari meminta-minta, namun orang jahil menyangka bahwa mereka adalah orang kaya, namun seseorang dapat mengenal mereka dengan ciri-ciri/sifat-sifat mereka, tentu saja apa yang dimaksud oleh firman Allah swt. dalam surah al-Baqarah 273 tersebut merupakan makna jahl dalam pengertian umum yang bersifat regilius, maksudnya adalah ketidak mampuan seseorang untuk memahami kehendak Tuhan dibalik setiap peristiwa dan ketidak mampuan melihat hal-hal alamiyah sebagai ayat. 

Ketiga, makna ketiga tidak terlalu jauh dari makna kata jahl, yakni kebodohan, disini kata jahl bukan lagi makna “kebodohan” sebagaimana telah ada penjelasan sebelumnya, disini lawan kata jahl bukan lagi hilm tetapi lebih kepada ilm (pengetahuan) sebagaimana telah diketahui ini merupakan makna jahl paling umum yang menurut bahasa Arab klasik. Namun makna ini tidak kalah penting dibandingkan dengan tiga makna dasar lainnya pada periode awal, dalam syair arab disebutkan penyair tersebut berbicara kepada kekasihnya ‘Ablah (puteri malik) “kenapa engkau tidak bertanya kepada penunggang kuda kita, bila engkau tidak tahu apa yang tidak engkau ketahui? yang artinya setiap orang mengetahui betapa gagah beraninya aku dimedan perang, tanyakan kepada siapa saja jika engkau tidak mengetahui hal ini”


Makna “kekurangan pengetahuan”, “kekurangan informasi” disini tidaklah memerankan peranan penting didalam al-Qur’an, kata tersebut pada umumnya digunakan menurut pengertian yang pertama dan kedua, sebagai contoh dapat kemukakan sebuah ayat

اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا

Terjemah Kemenag 2019

Sesungguhnya tobat yang pasti diterima Allah itu hanya bagi mereka yang melakukan keburukan karena kebodohan, kemudian mereka segera bertobat. Merekalah yang Allah terima tobatnya. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.  (Qs. al-Nisa: 17)

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun