Mohon tunggu...
tri prabowo
tri prabowo Mohon Tunggu... Karyawan -

Engineer PLC, lagi belajar nulis, Hobi Cersil, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serial: Andaru Wijaya [37]

21 Januari 2017   19:26 Diperbarui: 21 Januari 2017   19:43 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turba tak tinggal diam ia berniat menghujamkan belatinya kepunggung Wijaya yang dalam keadaan berjongkok. Tetapi Wijaya dengan sigap menyodokkan tongkatnya kearah belakang, sehingga tongkat itu kini berada diatas kepalanya. Akibatnya, dada Turba terasa sesak karena terkena tongkat yang mengenai dadanya, ia pun terbatuk-batuk dan terbungkuk.

Andaru Wijaya yang tidak ingin berlama-lama dengan pertarungan itu. Sekali lagi tongkatnya mematuk pundak Turba. Turba yang terlambat menghindar, tulang sendinya terasa lemas dan akibatnya belatinya pun jatuh ditanah. Dengan cepat Wijaya meraih belati itu dan menyelipkkan dipinggangnya.

Sementara itu Jumprit yang masih terpincang-pincang kembali menjadi sasaran Wijaya. Tongkatnya diangkat setinggi dadadengan tangan kirinya. Lalu tangan kanannya ditarik kebelakang, dengan telapak tangan terbuka dihentakkannya ujung tongkat kayu tersebut. Tongkat kayu pun melesat kearah dada Jumprit, Jumprit pun terdorong mundur dua langkah dan terbungkuk-bungkuk memegangi dadanya. Tulang iganya serasa patah, ia pun akhirnya terduduk ditanah.

Melihat musuh yang satu lagi berdiri bebas, yaitu Gandar. Wijaya menarik belati milik Turba yang ada terselip dipinggangnya. Ia lalu melontarkannya kearah Gandar, pisau itu pun menancap dipaha Gandar hampir separuh bagian.

Gandar pun terpekik, dari pahanya mengalir darah. Gandar marah melihat pisau yang menancap dipahanya dilontarkan Wijaya. Dengan menahan sakit ia tarik pisau itu, kemudian ia lemparkan kembali kearah Wijaya.

Tetapi Gandar memang tidak pandai membidik, pisau itu hanya melintas diatas bahu Wijaya. Wijaya sendiri tak bergeming sedikit pun dari tempatnya berdiri.

Ki Baruna yang menyaksikan itu berdecak kagum.

“Bukan main anak muda ini..., seperti yang aku duga, dia memang tangguh !”gumamnya.

Andaru Wijaya masih berdiri dengan kaki renggang. Sorot matanya tajam memandang ketiga musuhnya.

Jumprit berdiri dengan timpang, karena tulang kering  pada kakinya terkena pukulan tongkat Wijaya.

Turba yang sebelumnya menodong pisau di lehernya pun, kini memegangi dadanya yang sesak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun