Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Di Batas Waktu

25 Mei 2024   05:30 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:57 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

Wibowo memberi tahu Denny bahwa Kania terserang leukemia. Ia dan istrinya berulang kali meminta putrinya untuk memberi tahu Denny. 

Namun, Kania melarang dengan alasan tidak ingin menambah beban suaminya. Denny tertegun ketika mengetahui bahwa yang dilakukan Kania bukan meninggalkannya begitu saja, tetapi sebagai perwujudan cinta kepadanya.

Fathir menepuk bahu ayahnya pelan. Ia mengingatkan bahwa waktu isya telah tiba dan mengajaknya ke musala rumah sakit. Denny mengangguk, lalu berjalan di samping Fathir.

Kali ini air wudu yang membasuh anggota badan Denny begitu menyejukkan hingga ke relung hati.

"Allah, betapa lamanya aku meninggalkan-Mu," batinnya pilu. 

Dalam doanya, ia memohon kepada Sang Pemilik Jiwa agar diberi kesempatan untuk bertaubat dan berjanji untuk merawat kekasihnya sepenuh hati. Ia akan menebus semua kesalahannya dan memperbaiki diri agar menjadi suami dan ayah yang baik.

Namun, begitu mereka kembali dari ruang ICU, Denny melihat ayah mertuanya sedang mengguncang-guncangkan bahu sang istri. Lalu, tangannya yang gemetar, meraba-raba pergelangan tangan istrinya yang terkulai lemas. Kabar dari dokter yang mengatakan bahwa Kania telah kembali kepada Sang Pencipta, membuat ibu mertua Denny pingsan.

Pena telah diangkat dan tinta takdir telah kering dituliskan. Kepergian sang kekasih seketika memorakporandakan impian Denny. Kepedihan dirasakan hingga palung hatinya. Separuh jiwa Denny seakan-akan tercerabut, meninggalkan ruang sepi yang menggigit perasaannya.

~ Selesai ~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun