Wibowo memberi tahu Denny bahwa Kania terserang leukemia. Ia dan istrinya berulang kali meminta putrinya untuk memberi tahu Denny.Â
Namun, Kania melarang dengan alasan tidak ingin menambah beban suaminya. Denny tertegun ketika mengetahui bahwa yang dilakukan Kania bukan meninggalkannya begitu saja, tetapi sebagai perwujudan cinta kepadanya.
Fathir menepuk bahu ayahnya pelan. Ia mengingatkan bahwa waktu isya telah tiba dan mengajaknya ke musala rumah sakit. Denny mengangguk, lalu berjalan di samping Fathir.
Kali ini air wudu yang membasuh anggota badan Denny begitu menyejukkan hingga ke relung hati.
"Allah, betapa lamanya aku meninggalkan-Mu," batinnya pilu.Â
Dalam doanya, ia memohon kepada Sang Pemilik Jiwa agar diberi kesempatan untuk bertaubat dan berjanji untuk merawat kekasihnya sepenuh hati. Ia akan menebus semua kesalahannya dan memperbaiki diri agar menjadi suami dan ayah yang baik.
Namun, begitu mereka kembali dari ruang ICU, Denny melihat ayah mertuanya sedang mengguncang-guncangkan bahu sang istri. Lalu, tangannya yang gemetar, meraba-raba pergelangan tangan istrinya yang terkulai lemas. Kabar dari dokter yang mengatakan bahwa Kania telah kembali kepada Sang Pencipta, membuat ibu mertua Denny pingsan.
Pena telah diangkat dan tinta takdir telah kering dituliskan. Kepergian sang kekasih seketika memorakporandakan impian Denny. Kepedihan dirasakan hingga palung hatinya. Separuh jiwa Denny seakan-akan tercerabut, meninggalkan ruang sepi yang menggigit perasaannya.
~ Selesai ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H