Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Di Batas Waktu

25 Mei 2024   05:30 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:57 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

Satu jam kemudian, Denny sampai di pabrik Dennia Leather yang sudah hangus terbakar. Denny terduduk lemas melihat  ratusan lembar kulit sapi, ratusan tas serta aksesoris yang hampir selesai, dan mesin-mesin produksi yang hangus dilalap api.

Denny mengalami kerugian hingga miliaran rupiah. Karyawan-karyawannya terpaksa dirumahkan. Denny harus menjual mobil mewahnya untuk membayar pesangon para karyawan. Tidak hanya itu, Rezy yang sudah ia percaya, ternyata membawa kabur uangnya hingga ratusan juta.

Denny yang terbiasa hidup mewah, mengalami guncangan. Ia lari pada minuman memabukkan untuk menenangkan pikiran. Ia terperangkap dalam judi, berharap uang yang sedikit bisa beranak pinak. Barang berharga miliknya satu per satu ia jual untuk memenuhi hobi barunya yang menghabiskan banyak uang.

Sebenarnya masih ada satu toko yang menjual barang-barang hasil produksi Dennia Leather. Namun ketika masa kontrak toko itu habis, barang-barang yang tersisa diobral karena Denny tak bisa memperpanjang kontraknya. Ia pun harus merelakan rumah mewahnya untuk membayar pinjaman.

Denny sudah tidak memedulikan lagi kebutuhan makan keluarga dan anaknya. Bahkan, ia tak menyadari, semakin hari Kania semakin kurus dan pucat. Hingga suatu ketika, mertua Denny datang menjemput Kania tanpa meminta izin darinya.

Dari dalam kamar Denny mendengar ibu mertuanya mengomel kepada Kania.
"Coba dari dulu kamu mendengarkan Mama. Sebagai ibu, Mama tahu laki-laki yang terbaik untukmu. Sekarang lebih baik kamu ikut Mama."

Denny tak mendengar penolakan dari Kania. Akan tetapi, ketika ibu mertua mengajak Fathir serta, Denny mendengar dengan jelas penolakan halus putranya.

Dan kini, sudah tiga bulan Kania tinggal bersama orang tuanya. Tak pernah sekali pun Denny menanyakan kabar istrinya, ataupun sebaliknya. Mungkin Kania sudah dijodohkan dengan pria pilihan ibunya yang kabarnya telah menduda itu. Ah, Persetan! Ia sudah tidak peduli.

Kenangan-kenangan pahit yang berputar di kepala Denny membuatnya lelah. Pengaruh alkohol yang diminumnya tadi siang juga membuatnya pusing, sehingga akhirnya ia pun terlelap.

***

Suara ketukan keras pintu kamar membuat Denny terbangun. Kepalanya terasa berat. Ketukan itu semakin keras dan ritmenya makin cepat. Sepertinya sudah lama orang di balik pintu itu melakukannya. Dengan langkah limbung, Denny menuju pintu dan membukanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun