"Mas, kenapa?" tanya Alifa heran melihat tatapan sang suami.
"Kalung itu ...?"
"Oh, ini," sahut Alifa sebelum Rafiq menuntaskan kalimatnya. "Ini kado dari Aba saat aku berhasil menuntaskan hafalan 30 juz." Tampak binar di mata wanita lembut itu.
"Kalung ini sempat hilang di masjid Al-Hidayah, lalu ditemukan seseorang. Waktu Aba bertanya siapa penemu kalung ini, pengurus masjid hanya mengatakan penemunya seorang pemuda." Alifa menarik napasnya perlahan, ditatapnya sang suami yang memandangnya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan.
"Lalu?" tanya Rafiq penasaran.
"Aba sangat kagum sama pemuda itu. Kalung ini sangat berharga meskipun kata Aba, hafalan Ifa adalah kado yang lebih mahal. Di masa sekarang sudah sangat jarang orang jujur dan ikhlas mengembalikan tanpa imbalan."
Rafiq hanya mendengarkan. Benar, kalung itulah yang ia temukan.
"Ada satu harapan Aba yang tidak bisa Ifa wujudkan." wajah cantik itu tampak murung.
"Apa itu?"
"Aba berharap suatu saat bisa bertemu pemuda itu dan menjodohkannya dengan Ifa."
"Benarkah?"