Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Liontin Bermata Biru Safir

22 Oktober 2022   04:00 Diperbarui: 22 Oktober 2022   19:44 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengantin muslimah, sumber: Pinterest/pin

"Rafiq, kali ini Kyai nggak bisa nunjukin foto diri gadis itu. Ia sangat pemalu, sehingga fotonya pun tidak ingin ia perlihatkan."

"Kyai, saya percaya, gadis-gadis itu calon istri  pilihan. Tapi seperti sebelumnya, berikan saya waktu untuk istikharah dan meminta fatwa pada hatiku."

"Saya percaya padamu. Jangan pula rasa sungkan membuatmu enggan untuk menolak." pesannya.

"Terima kasih pengertiannya, Pak Kyai. Saya mohon pamit."

***

Walimatul 'ursy baru saja usai. Dua insan yang disatukan akad baru saja selesai melakukan salat sunnah. Rafiq menghadapkan tubuhnya ke arah sang istri yang tertunduk malu dengan rona merah di pipi, menerbitkan getar halus di hati Rafiq. Terlebih ketika tangan halus itu meraih tangannya dan mencium dengan takzim.

Benarlah bahwa sesungguhnya Allah akan menurunkan rasa cinta pada pasangan suami istri yang menikah karena Allah saat akad diikrarkan. Rafiq memang tidak pernah melihat fisik Alifa Hayya Karima, sang istri. Ia hanya mendapatkan keteguhan hati untuk meminangnya.

Wanita bermata jeli itu memang yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa karena tanah peninggalan orang tuanya diwakafkan untuk pesantren. Ia hanya menempati sebuah rumah sederhana yang berada di dalam lingkungan pesantren.

Alifa memang sangat biasa, karena ia tidak pernah menampakkan wajah rupawannya pada selain muhrimnya. Ia sangat pemalu dan pendiam karena ia menjaga semua kata yang keluar dari lisannya. Semua kekurangan yang dikatakan Kyai Kamil justru menjadi kelebihan wanita berhidung bangir itu.

Rafiq mengangkat tangan kanannya kemudian meletakkan telapak tangan pada puncak kepala istri, lalu berdoa untuk kebaikan dan dihindarkan dari keburukan.

Setelah didoakan, Alifa membuka kerudung. Rambut hitam panjangnya yang harum tergerai, menambah keayuan parasnya. Mata Rafiq membulat ketika pandangannya tertuju pada leher sang istri. Seuntai kalung melingkar, liontin mawar dengan batu biru safir yang tersemat mengingatkannya pada peristiwa dua tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun