Hakim menarik napas berat, ia menatap Akifa iba. Ketika sang istri wafat, usia Akifa baru 8 tahun. Wajar jika gadis kecil itu sangat kehilangan. Ghina yang berdiri di sisi lain ranjang, hanya terdiam. Ia kasihan pada adiknya, tetapi hatinya belum bisa menerima jika sang ayah menikah lagi.
Tiga bulan lalu, Hakim mengungkapkan keinginannyan untuk menikah lagi. Ghina tidak memberikan jawaban apa pun. Hakim tahu putri sulungnya tidak menyetujui keinginannya.Â
Lelaki penyabar itu khawatir jika ia memaksakan kehendaknya, hal itu justru merusak hubungannya dengan sang putri.
Namun, melihat Akifa sakit dan sangat membutuhkan kehadiran seorang ibu, membuat Ghina menurunkan egonya. Ia memenuhi permintaan sang adik agar sang ayah menikahi guru ngajinya.
Hakim dan Hana dijodohkan oleh imam masjid, kakak kandung Hana. Setelah tiga kali dipertemukan, Hakim memantapkan hatinya untuk mempersunting janda dua anak yang suaminya wafat dalam sebuah kecelakaan pesawat itu.
Acara pernikahan yang berlangsung secara sederhana, tidak mengurangi kebahagiaan dua keluarga yang dipersatukan oleh akad itu.
*
"Na, kamu ke perpustakaannya besok sore aja, ya. Mas Kemal sore ini ada rapat pengurus Osis," ujar remaja lelaki kelas XI bertubuh jangkung itu.
"Tapi, aku perlu sekarang, Mas. Tugasnya dikumpulin besok," jawab Ghina.
"Mas, kan, ketua panitia baksos, Na. Masa enggak ikut rapat, sih?"
Kemal menggaruk kepalanya yang tidak gatal.