"Kalau aku enggak mau, gimana?" tanya Ifkar dengan senyum menggoda.
"Mas, please, deh."
Ifkar tetap bergeming meski sudah didorong sang istri. Melihat hal itu, Ghina melingkarkan tangannya di pinggang Ifkar, membuat lelaki itu tersenyum menang. Tapi, sedetik kemudian ....
"Aww! Iya, iya, aku keluar." Ifkar meringis sambil memegang pinggangnya yang dicubit sang istri.
Melihat tingkah suaminya, kini Ghina yang tertawa penuh kemenangan. Ifkar segera berlalu diikuti pandangan sang istri.
Sampai di depan pintu, Ifkar menoleh kemudian mengedipkan sebelah matanya. Ghina tertawa tanpa suara, tetapi hatinya sungguh berbunga. Lengkap sudah kebahagiaannya. Ia memiliki keluarga yang menyayangi dan seorang ibu tiri yang kasihnya seperti ibu kandung.
Umma bisa menjadi ibu yang baik di kala ia dan Akifa membutuhkan. Umma jugalah yang membantunya meyakinkan ayah akan pilihan hatinya, Ifkar. Lelaki saleh lulusan al Azhar itu telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
~ Selesai ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H