Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Cinta dari Hati

6 Agustus 2022   19:02 Diperbarui: 11 Agustus 2022   00:02 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hakim menarik napas berat, ia menatap Akifa iba. Ketika sang istri wafat, usia Akifa baru 8 tahun. Wajar jika gadis kecil itu sangat kehilangan. Ghina yang berdiri di sisi lain ranjang, hanya terdiam. Ia kasihan pada adiknya, tetapi hatinya belum bisa menerima jika sang ayah menikah lagi.

Tiga bulan lalu, Hakim mengungkapkan keinginannyan untuk menikah lagi. Ghina tidak memberikan jawaban apa pun. Hakim tahu putri sulungnya tidak menyetujui keinginannya. 

Lelaki penyabar itu khawatir jika ia memaksakan kehendaknya, hal itu justru merusak hubungannya dengan sang putri.

Namun, melihat Akifa sakit dan sangat membutuhkan kehadiran seorang ibu, membuat Ghina menurunkan egonya. Ia memenuhi permintaan sang adik agar sang ayah menikahi guru ngajinya.

Hakim dan Hana dijodohkan oleh imam masjid, kakak kandung Hana. Setelah tiga kali dipertemukan, Hakim memantapkan hatinya untuk mempersunting janda dua anak yang suaminya wafat dalam sebuah kecelakaan pesawat itu.

Acara pernikahan yang berlangsung secara sederhana, tidak mengurangi kebahagiaan dua keluarga yang dipersatukan oleh akad itu.

*

"Na, kamu ke perpustakaannya besok sore aja, ya. Mas Kemal sore ini ada rapat pengurus Osis," ujar remaja lelaki kelas XI bertubuh jangkung itu.

"Tapi, aku perlu sekarang, Mas. Tugasnya dikumpulin besok," jawab Ghina.

"Mas, kan, ketua panitia baksos, Na. Masa enggak ikut rapat, sih?"

Kemal menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun