Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Istana Sang Pemaaf

3 Juni 2022   04:00 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:13 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua orang sahabat, illustrasi: pixabay.com

Selama dua bulan, Ilman hanya terbaring di tempat tidur dan menjadi sosok temperamental ketika mendapati dirinya tidak bisa berjalan kembali. Benda-benda yang berada di dekatnya, sering menjadi sasaran amukannya.


"Pak, saya suapin, ya," ucap Ayna pelan. Ia tahu pasiennya sedang emosional. "Pak Ilman harus minum obat, jadi perut bapak harus terisi dulu," bujuknya lembut.


"Saya tidak perlu obat," ucap Ilman dingin, tanpa menoleh sedikit pun pada Ayna.


"Tapi ...."


"Tinggalkan saya, Ayna!"


"Baik, Pak." Tanpa banyak kata, gadis berlesung pipi itu berlalu.
Ayna mengerti, Ilman pasti kecewa atas putusan pengadilan yang menyatakan Pak Cokro, orang yang menyebabkannya kecelakaan, tidak bersalah. Meskipun Pak Cokro mengendarai roda duanya dengan kencang, ia tidak bersalah karena tetap berada di jalurnya. Ilmanlah yang mengantuk. Ia  tidak menyadari ada motor melintas sehingga terkejut dan membanting setir.


Sebelum keluar dari pintu kamar Ilman, Ayna menoleh ke arah lelaki yang masih terpaku di balkon kamarnya. Ia menarik nafas, lalu mengembuskannya perlahan. Ia sangat memahami, tidak mudah bagi lelaki penyuka basket itu untuk menyesuaikan dirinya yang aktif dan mandiri dengan kondisinya saat ini yang sangat tergantung pada orang lain.


Paska operasi fraktur kominutif tulang kaki, Ilman harus menjalani terapi psikoterapi, fisioterapi, dan okupasi untuk memulihkan kondisi psikis dan fisiknya. Semua terapi yang dilakukan sangat berpengaruh dalam proses penyembuhannya.


***


Pagi yang cerah, secerah senyum Ilman yang menghiasi wajah tampannya. Sejak ia memasuki pintu lobi kantor, semua orang yang berpapasan dengannya selalu dihadiahi dengan senyuman. Sebuah pemandangan yang tidak didapati dari diri Ilman setahun terakhir. 

Meski hampir seisi kantor penasaran dengan perubahan pada diri lelaki tinggi itu, tak urung aura kebahagiaan Ilman ikut menular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun