"Jadi, bagaimana menurut Pak Ilman? Dia layak diangkat menjadi karyawan tetap di sini, kan?" tanya Zaka penasaran. Sejak tadi ia hanya melihat Ilman, seorang atasan di divisi keuangan, membolak-balik lembaran evaluasi probation milik Fajar.
Ilman meletakkan lembar evaluasi itu di meja kerjanya diikuti pandangan Zaka. Ini adalah bulan kedua masa probation bagi Fajar yang lulus sebagai sarjana akuntansi terbaik di universitasnya.Â
Zaka adalah staf HRD yang meloloskan Fajar dalam seleksi karyawan di perusahaan akuntan publik ini.
"Baru dua bulan bekerja di sini, Fajar sudah dua kali datang terlambat dan sekali pulang lebih cepat tanpa izin," ucap Ilman datar.
"Tapi, saya tau penyebab Fajar melakukan itu. Pak Cokro yang sedang sakit membutuhkannya. Sebagai anak satu-satunya, dialah yang diharapkan sang ibu untuk menolong ayahnya." Zaka melakukan pembelaan.
Mendengar Zaka menyebut nama ayah Fajar, rahang Ilman mengeras dan jemari kanannya mengepal. Ilman menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar.
"Man, gue tau sakit hati yang lo rasakan. Tapi, jangan sampai rasa sakit itu membuat penilaian lo jadi enggak obyektif." Kali ini Zaka menggunakan kata ganti lo-gue untuk mengingatkan sahabat terbaiknya di masa SMA itu.
Sebagai manajer akuntansi, Ilmanlah penentu kelulusan masa probation bagi calon  auditor di kantor akuntan publik ini.
"Kita lihat hasil evaluasi kerja Fajar sebulan ke depan," ucap Ilman tanpa ekspresi. "Gue mau ke toilet. Lo bisa bantu gue?"
"Oke," jawab Zaka singkat. Ia melangkah ke belakang kursi Ilman, meraih pegangan di kanan-kirinya dan mendorong perlahan. Ya, Ilman, seorang manajer akuntansi yang kredibel mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan yang dialaminya beberapa bulan lalu.
***