Mohon tunggu...
Acha Khairunisa
Acha Khairunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Indonesia

Hanya senang menulis suatu karya tulis yang berharap dapat bermanfaat bagi siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kaca yang Pecah

25 Februari 2024   17:00 Diperbarui: 25 Februari 2024   17:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tapi Mas, Andin itu nggak pernah pulang telat gini. Biasanya dia pulang paling lama tuh sore, terus kasih kabar kalau ada kerja kelompok atau hal lainnya. Ini nggak ada kabar sama sekali dari Andin. Bahkan Mama udah tanya ke gurunya. Gurunya bilang Andin sudah pulang lebih dulu, Pah." Mama terisak kecil. Pikirannya sudah entah kemana, takut hal tidak baik terjadi pada Andin.

Papa menatap pintu rumahnya yang terbuka lebar. "Ayo kita cari Andin Mah," ucap Papa.

Mama menatap Papa lekat, lalu mengangguk pelan. Keduanya bersiap-siap lalu segera mencari Andin di sekitar sekolah gadis itu. Berharap dapat menemukan keberadaan Andin. Mama juga sesekali menelepon teman-teman Andin dan menanyakan keberadaannya atau kapan terakhir kali mereka bertemu Andin. Namun tidak ada satu pun yang mengetahuinya.

Mama kembali menangis, hingga jam satu malam Andin tidak ditemukan. Anak gadisnya seolah di telan bumi dalam sehari. Tak diketahui keberadaanya. Tak diketahui kabarnya. Seakan hilang dengan begitu cepat.

Papa memeluk Mama erat, sama sedihnya dengan Mama. Kemana anak gadis mereka? Andin bukanlah anak nakal atau suka keluar sampai selarut ini. Sekalipun Andin keluar dan akan pulang terlambat, gadis itu akan mengabari Mama dan Papa nya. Papa menatap tajam pada salah satu objek yang ada di depannya. Papa seperti mengenali benda itu. Melepaskan pelukan, Papa berjalan mendekati benda yang tak jauh darinya berdiri. Sebuah sepatu. Sepatunya sama persis dengan yang dikenakan Andin.
 

"Ini sepatu Andin Pah! Sepatu Andin. Pasti Andin ada disekitar sini!" histeris Mama mengambil sepatu Andin.

Mama dengan cepat melangkah lurus sesuai firasatnya. Buru-buru masuk ke dalam semak-semak tersebut. Papa mengikuti Mama, setelah beberapa langkah berjalan. Papa melihat bercak darah bersimbah dimana-mana.

"Mah, sebentar." Papa mengikuti jejak darah tersebut. Hingga Papa menemukan Andin yang tergelatak tak berdaya disana.

"Andin!" Mama berlari. Mendekati tubuh Andin yang tak berdaya dengan simbahan darah dimana-mana.

Terdapat lebam biru dan luka yang tergores di sekujur tubuh Andin. Tubuh gadis itu sangat mengenaskan. Mama menjerit histeris melihat kondisi Andin yang tidak sadarkan diri. Memeluk tubuh rapuh anaknya erat. Seakan tak percaya dengan apa yang telah terjadi pada anak gadisnya.

"ANDIIIIIINNNNNNN!!!!!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun