Mohon tunggu...
Politik

Duel Jokowi pada Problematika Listrik

18 Juni 2016   17:32 Diperbarui: 18 Juni 2016   17:49 31027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi Tertawa Gembira Melihat Salah Satu Progress Pembangunan Pembangkit Listrik (Sumber Gambar Kompas)

Pengetatan syarat proyek ini juga kemudian dituduh PLN bekerja lamban, namun tudingan Sudirman Said dengan beberapa corong suaranya termasuk Komisaris PLN Jarman - yang selalu memihak pada Sudirman Said bukan kepentingan PLN - , isu penggerusan Direksi Direksi PLN oleh Kementerian ESDM justru berbalik arah : "PLN diperkuat secara politis oleh Jokowi" untuk melaksanakan proyek proyeknya, namun dengan cerdik Jokowi justru menyeret problem kelistrikan ke arah "Panggung Terbuka" agar publik melihat siapa yang benar Sudirman Said atau Jajaran Direksi PLN dalam banyak persoalan listrik. 

Revitalisasi PLN 

Sepanjang sejarah PLN, perusahaan ini dibiarkan menjadi wilayah "banal" dan publik tidak bisa mengawasi, PLN sepenuhnya dikendalikan para pemain proyek. Padahal seharusnya PLN harus dijadikan "wilayah angker" bagi para pemain proyek, "steril dari kepentingan kepentingan pragmatis dan jangka pendek" dan seharusnya PLN menjadi wilayah "Pengabdian Nasional" bukan menjadi wilayah "Pengabdian Makelar". Inilah perubahan besar yang harus dilakukan PLN sebagai satu satunya pemegang konsesi industri listrik di wilayah Republik Indonesia. 

Tipikal dari gaya kerja Jokowi adalah kecepatan, di bulan April 2015 Jokowi meminta PLN melakukan efisiensi. Dan ini kemudian dilakukan oleh Sofyan Basir untuk membuktikan dirinya berada dalam "irama kerja Presiden". PLN juga diminta oleh Jokowi untuk terbuka dalam pelaksanaan tender, tak boleh ada yang ditutup tutupi, basis kinerja Jokowi yang berada dalam "alam pembuktian" bukan "alam alasan" jadi pegangan dalam mengukur keberhasilan PLN untuk menentukan pemenang tender dan pelaksana proyek, juga ada keterbukaan publik dalam mengakses proyek proyek PLN yang menyangkut kepentingan publik. Selain itu Sofyan Basir diminta untuk konsentrasi pada pemangkasan pemborosan BBM dalam listrik.

 Subsidi BBM untuk listrik amat berat, harga BBM melonjak tinggi, padahal Indonesia punya sumber energi gas dan batubara, tapi sudah kadung BBM dijadikan alat untuk main harga dalam pembangkit pembangkit listrik di banyak wilayah. PLN benar benar dijadikan sarang penyamun dimana rakyat jadi korbannya, lalu Sofyan Basir dengan jajaran Direksi PLN bergerak cepat, "efisiensi" adalah langkah awal menjungkir balikkan permainan para mafia, ia melakukan gebrakan manajemen PLN dengan menyodorkan lansekap baru persyaratan proyek dengan titik utamanya pada efisiensi. 

Sofyan Basir melakukan konfigurasi kerja dengan tujuan utamanya efisiensi, langkah pertamanya menyikat mafia BBM dengan mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi genset sewa. Sebagai gantinya Sofyan Basir melakukan gerak cepat penyelesaian PLTU yang jalan proyeknya tersendat-sendat. 

Pemberesan Listrik di Sumatera Utara

Sumatera Utara jadi wilayah yang paling parah dalam pemenuhan kebutuhan listrik, pertumbuhan ekonomi wilayah ini amat pesat tapi tidak ditunjang listrik yang memadai, persoalan utamanya listrik di Sumatera Utara dialiri dari mesin mesin genset yang boros BBM. Sofyan Basir mampu dengan cepat mengalihkan dari mesin genset ke PLTU Nagan Raya dan PLTU Pangkalan Susu. Dana 9 trilyun bisa diselamatkan dan PLN semakin efektif, kini Sofyan Basir dan tim direksi sedang mempersiapkan jaringan Sumatera secara serius, Kota Medan pelan pelan akan jadi pusat pembangkit listrik yang tidak bergantung pada genset tapi bergantung pada PLTU dengan jaringannya yang terinterkoneksi di seluruh Sumatera. 

Selain Sumatera Utara dibereskan dengan model serupa, Sofyan menertibkan ketergantungan pada pembangkit pembangkit berbasis BBM, dalam operasi pengurangan BBM ini, Sofyan Basir melakukan efisiensi 2 juta kiloliter. 

 Fokus pertama adalah : mengurangi pemakaian BBM, mengurangi genset sewa, dan sebagai gantinya adalah mempercepat penyelesaian PLTU yg pelaksanaannya sdh terlambat lama serta melakukan seleksi kualitas batu bara. Sasaran pertama adalah wilayah Sumatera Utara. Di tahun pertama kepemimpinannya (2015), sewa Genset di Sumut dikurangi 600 MW dan pasokan listrik diganti dg mulai dioperasikannya PLTU Nagan Raya dan PLTU Pangkalan Susu. Terjadilah penghematan di Sumut pd tahun 2015 mencapai Rp. 9 Trilyun. Di wilayah2 lain pun dilakukan program efisiensi yang sama. Sehingga dlm tempo setahun, penggunaan BBM berkurang sebanyak 2 juta kilo litter. 

Pos lain yang disasar adalah efisiensi pada Biaya Operasi dan Pemeliharaan yang porsinya cukup tinggi. Sofyan menambahkan scope O&M (operation and maintenance) kepada para kontraktor di setiap proyek, sehingga biaya O&M menjadi lebih terkendali. Selain itu Sofyan juga menyasar efisiensi pada harga pembelian BBM dan Gas yang menjadi pareto  atau pengaruh terhadap implikasi terbesar pada BPP (Biaya Pokok Produksi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun