Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mencintai Toilet

17 Desember 2019   14:53 Diperbarui: 17 Desember 2019   22:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Okulele itu tak sengaja dilihat Tuti teronggok tak berguna  di tepi gedung rumah sakit, dekat area parkir, ketika Tuti hendak pulang usai PKL di rumah sakit itu. Sebuah okulele usang. Penuh goresan dan coretan sembarang. Bersenar satu, telah karat pula. Okulele itu seperti sengaja dibuang pemiliknya, pastilah karena sudah jelek. Okulele yang malang. Dia diciptakan untuk melantunkan nada-nada yang indah, namun karena tak diindahkan dia menjadi sia-sia. Tercampak dan tiada daya.

Apapun yang tercampak dan tiada daya  pastilah perlu pertolongan, batin Tuti. Tuti menghampiri okulele itu, mengambilnya, lalu mengembuskan debu yang menempel di sana. Perlahan Tuti mengedarkan pandang, memastikan bahwa tak akan ada yang merasa kehilangan apabila okulele itu dia bawa. "Aku akan memperbaikimu, sehingga kau bisa lagi digunakan sebagaimana kau diciptakan untuk apa."

***

Tuti jemu dengan buku-bukunya di atas meja. Kepalanya pening. Matanya yang pegal dipejamkan dan diurutnya lembut dengan jemari tangan sebelum kemudian pandangannya terpagut pada okulele yang seminggu sudah tergantung di dinding kamarnya.

"Okulele ini sebenarnya okulele bagus lho, mbak. merk-nya saja mahal dan bahan material yang dipakai berkualitas. Tapi ya itu karena si pemilik sebelumnya tidak tahu kualitas gitar ini akhirnya jadi tidak berguna," ucapan si tukang reparasi gitar yang didatanginya sepekan silam terngiang di telinga Tuti.

***

"Kau tahu, ini adalah tempat satu-satunya di rumah ini yang paling aman untukku bernyanyi," seolah okulele itu bertelinga, Tuti berujar sembari membawanya ke toilet. "Emm, bukan, sebenarnya bukan aman, tetapi lebih kepada tempat satu-satunya di mana aku boleh bernyanyi," tambahnya dan mulai sibuk mengatur posisi duduk di sisi bathtube seraya mengotak-atik kamera.

Akun YouTube miliknya yang selama ini hanya berisi tutorial-tutorial di dunia ilmu kedokteran dan kecantikan, kali ini akan diisinya dengan rekaman video mengcover sebuah lagu.

Jantung Tuti berdegub kencang. Kamera sudah berdiri dengan aman. Tuti kembali mengatur posisinya agar pas berada di tengah frame. Sesekali rambutnya dirapikan dan berdeham.

Di layar kamera itu dia lantas menemukan seraut wajah Freckles. Wajah yang penuh dengan bintik-bintik hitam. Ini dia wajah yang dibilang Bapak tidak cocok jadi artis, Tuti membatin. Matanya terasa pedih mengenang kalimat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun