Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mencintai Toilet

17 Desember 2019   14:53 Diperbarui: 17 Desember 2019   22:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku rasa kau tak sungguh-sungguh mencintaiku, Ti," imbuh Edo kemudian.

Hujan menderas. Hening. Tuti terdiam. Edo menunggu balasan.

"Kurasa kaulah yang tak sungguh-sungguh mencintaiku, Do."

***

Di toilet, Tuti menangis menjerit-jerit seperti binatang terluka. Pekiknya yang pilu sepanjang malam memantul-mantul di dinding hingga dia kepayahan dan tertidur meringkuk di sudut bagai orang yang terbuang.

Jelang pagi, Tuti terjaga dengan raut yang kuyu, pelupuk yang sembab dan mata yang merah, akan tetapi sorotnya kini terlihat kuat. Dengan limbung dia bangkit seperti orang yang kehabisan daya, membuka celana dan duduk di toilet, untuk kemudian berak dan merutuk.

"Buat apa menangisi laki-laki yang tak bisa menghargaimu, Ti. Yang menganggap apa yang kau cintai adalah sebuah kegilaan. Kau menikah untuk sekali seumur hidup jadi jangan menghabiskan sisa usiamu bersama laki-laki semacam itu!"

Begitulah Tuti berulang kali merutuk hingga ucapannya menimbulkan gema. Gema yang seakan menjelma menjadi suara-suara dukungan untuknya. Jiwanya pun serta-merta menguat setelah sebelumnya porak karena sebuah kehilangan.

Satu-persatu dia tanggalkan pakaian di tubuhnya, lalu mengguyur sekujur tubuhnya hingga kuyup dari ujung rambut hingga kaki. Hatinya memanglah masih terluka, tetapi ada dia dapati keringanan di sana. Ada penghiburan yang membuatnya yakin bahwa dia tak bakal kesepian kendati Edo tak ada.

Dia pandangi ruang toiletnya itu dengan nanar dan satu persatu disentuhnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dinding, lantai, pintu, shower, kesemuanya dia cumbui dengan hasrat yang menggebu-gebu hingga dia mengejang. Mengerang..

"Tak ada yang perlu dikuatirkan dengan cinta," desisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun