Edo, di kursinya, mengernyit, perutnya kontan mual membayangkan pernikahan bernuansa toilet. Apa jadinya nanti para tamu undangannya yang kebanyakan para konglomerat? Mereka bakal makan dan minum sementara benda tempat orang biasa buang taik, ada di dekat mereka?
"Ngawur!" Pekik Edo. Tanpa sadar meja digebraknya.
Tuti tercekat.
Semua pengunjung melihat.
Makan malam itu berakhir dengan perasaan yang berantakan. Dan kencan kali itu disudahi tanpa peluk cium sebagaimana biasanya. Dan angin menjadi lebih dingin.
***
"Aku mau tanya sekali lagi padamu, apa kau serius dengan konsep pernikahanmu itu?" tanya Edo di telpon sesampainya dia di rumah dan tak bisa tidur.
"Aku serius."
"Terus terang aku tidak setuju. Apa kau tidak bisa merubahnya?"
"Apa kau tidak bisa menerimanya?"
Edo terdiam. Sunyi. Tuti menunggu jawaban. Suara hujan meningkahi kebisuan mereka.