“Sesuai permintaan mbak,” ujar bartender.
“Thanks, gua mau naik dulu.” Siska berjalan sempoyongan menuju stage penari.
Siska merupakan salah satu penari yang paling ditunggu pengunjung, baru saja dia menaiki stage, sorak sorai sudah memenuhi ruang club, sang DJ langsung menaikan tempo musik. Siska menari sepanjang malam sambil melenggak-lenggokkan tubuhnya yang nyaris sempurna, tidak jarang dia meneguk minuman dengan alkohol tinggi ketika sedang menari. Hingga tanpa terasa, malam terlewati begitu saja, satu persatu pengunjung mulai menghilang, ada yang langsung pulang, namun banyak yang memilih melanjutkan malam bersama para kupu-kupu malam.
Party malam ini sudah usai, Siska yang setengah mabuk melangkah perlahan menuju pintu keluar, meskipun dalam keadaan mabuk, ingatannya akan malaikat kecil yang dia tinggal dirumah sendirian tidak pernah hilang.
Baru saja melangkahkan kaki keluar, terlihat keributan kecil di lorong jalan. Meski keadaan remang-remang, masih dapat terlihat dengan jelas jika seorang pria kurus tengah di pukuli tiga orang pria berbadan besar. Dengan tubuh yang masih sempoyongan Siska berjalan ke arah keributan, dan setelah cukup dekat, terlihat jika salah satu dari pria berbadan besar adalah security yang menggodanya begitu datang ke club beberapa waktu yang lalu.
“Woi... lo pada berani keroyokan doang,” teriak Siska.
“Ada kupu-kupu nyasar nih,” ucap salah seorang berbadan besar.
Security melancarkan pukulan terakhirnya ke perut pria yang mereka hajar, hingga pria itu jatuh tersungkur ke tanah.
“Kalau gak keberatan tolong rawat si maling ini neng,” ucap security, kemudian dia dan dua orang temannya melangkah pergi.
Siska mendekati pria yang tersukur di tanah tidak berdaya, begitu membalikkan tubuh pria tersebut, terlihat jelas jika wajah yang berlumuran darah adalah bartenter yang memberi whiskey beberapa waktu yang lalu.
“Lo bartender yang tadi kan?” Siska terkejut.