Mohon tunggu...
BEYOURMOON
BEYOURMOON Mohon Tunggu... Jurnalis - fangirl'

let me fly to my room. -♡

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bintang á Lyon

1 Maret 2020   13:47 Diperbarui: 1 Maret 2020   13:46 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengambil papan seluncur yang baru. Aku mengajarkannya mulai dari keseimbangan tangan dan kaki, berenang, lalu mencoba di ombak yang tenang. Dari pinggir pantai terlihat Bima yang melambai-lambaikan tangannya memberi semangat kepadaku dan Ajana. Bastian hanya memandangi sambil melipatkan tangannya di depan dada. Aku berteriak "Bastian, kamu harus mencoba ini! Kalo tidak kamu akan menyesal! Hahaha". 

Tiba-tiba suara gemuruh gelombang terdengar keras sekali, ombak semakin tinggi, dan aku merasa papan seluncur yang ditumpangi aku dan Ajana mulai hilang kendali. Aku mengajak Ajana untuk tetap tenang. Aku melihat Ayah yang sepertinya berteriak kepadaku. Semua orang yang ada di pinggir pantai melambaikan tangan kepadaku untuk segera kembali menjauhi gelombang laut. Tetapi, aku tidak bisa mendengar dan melihatnya dengan jelas.
Papan seluncurku terus menjauhi pantai. Ajana mulai terlihat panik dan ketakutan. Aku terus berusaha menenangkannya. 

Langit semakin gelap, petir menyambar ke berbagai arah dan air hujan turun deras sekali. Aneh, padahal tadi langit masih cerah dan matahari terik sekali. Dari belakangku, gelombang besar datang menghantam papan seluncurku. Aku memeluk Ajana untuk menjaga agar dia terus berada disisiku. Aku dan Ajana jatuh ke dalam laut. Pandanganku gelap. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Aku kehabisan udara. Aku mencari-cari Ajana yang tiba-tiba hilang dari pelukanku. Aku mencari-cari ke dasar laut tetapi tetap tidak menemukannya. Aku tidak kuat. Aku berusaha berenang ke permukaan. 

Badanku lemas sekali. Pengawas pantai menolongku lalu membawaku ke pinggir pantai. Aku menangis mencari Ajana yang masih belum aku temukan. Tim penyelamat datang dan berusaha mencari Ajana ke dalam laut. Aku menangis sekeras-kerasnya. Aku ketakutan dan pikiranku mulai kacau. Bima memelukku dan berusaha menenangkanku. Bastian ikut mencari Ajana dengan tim penyelamat itu. Begitu pula ayah, om Andre, om Rio, dan om Dimas. Dalam hati, aku berteriak untuk tidak mengulangi hal yang sama. Jangan sampai laut kembali menghilangkan nyawa seseorang. Aku benar-benar ketakutan.


                                             ***


PART 5 : LEBIH BAIK PULANG


Hari itu, menjadi liburan kami yang tidak menyenangkan. Aku tidak ingin kejadian seperti itu berulang untuk yang ke sekian kalinya. Peristiwa itu menjadi hal yang menyakitkan untuk kedua kalinya. Tetapi, aku bersyukur kepada Tuhan karena Ajana berhasil ditemukan dengan selamat. Dia segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan perawatan. Setelah dua jam dokter memeriksa keadaan Ajana, ia bilang Ajana sudah sadar dan pulih kembali. Aku buru-buru masuk ke ruangan tempatnya di rawat untuk melihat keadaannya.

"Ajana, kamu sudah merasa baik?", tanyaku
"Lumayan", jawabnya dengan lesu

Aku meminta maaf kepadanya dan kepada semua orang yang menjadi saksi kejadian itu karena tidak bisa menjaga Ajana dengan baik. Mereka bilang aku tak perlu meminta maaf, karena semua kejadian itu bukan salahku. Itu sebuah kecelakaan. Untungnya, aku dan Ajana selamat dan tetap baik-baik saja. Aku merasa tenang mendengar hal itu. Aku kira semuanya akan menyalahkan dan memarahiku, terutama Bastian. Karena dia yang paling protektif terhadap Ajana akhir-akhir ini setelah bertemu dengannya.

Malam itu, aku memutuskan untuk tidur di rumah sakit menjaga Ajana bersama kedua sahabatku. Orang tuaku dan yang lainnya kembali ke hotel, dan akan ke rumah sakit sekitar jam empat pagi. Esok hari, Ayah berniat untuk memesan tiket penerbangan untuk pulang ke Jakarta. Tetapi, Ajana menolak. Katanya dia masih ingin liburan bersama kami. Menurutnya, semua rencana liburan ini rusak olehnya. Sebab itu, dia tidak mau rencana liburan kami usai begitu saja. Akhirnya, Ayah memutuskan untuk pulang ke Jakarta pada dua hari yang akan datang. Kebetulan, menurut dokter esok hari Ajana sudah bisa pulang. 

Kami berjalan-jalan sebentar ke Denpasar untuk melihat-lihat ibu kota provinsi yang mempunyai julukan pulaunya para dewa ini. Ajana mengajakku untuk membeli beberapa souvenir. Tampaknya, Ajana sangat mahir menggunakan bahasa Bali. Dia melakukan tawar menawar kepada para penjual souvenir itu dengan bahasa Bali lalu mereka memberi kami diskon. "Kamu orang Bali?", tanya Bastian kepada Ajana setelah kami keluar dari toko souvenir itu. Ajana mengatakan Ya, aku orang Bali asli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun