"Nah, mereka akan mengantarkan kalian ke kamar. Beristirahat lah. Aku akan berbincang sebentar dengan Mpu Sudarsana." ujar Raja Astrasoca.
"Baik yang mulia, ayo paman." jawab Sang Jaka sambil mengajak Maheswara yang terlihat lemas.
***
Hari ini sudah banyak hal yang terjadi hingga malam ini, Maheswara yang tak bisa tidur hanya melamun memandangi bintang bintang. Pikirannya tidak bisa lepas dari Dyah Asih, dia masih mencemaskan keadaannya.
"Sial aku tidak bisa tidur. Aku harus bagaimana.." Maheswara bangkit dari ranjangnya, berjalan mondar-mandir seperti orang linglung.
"Aku tidak bisa diam saja disini. Aku harus pergi." pikir Maheswara sambil terus mondar-mandir, "Tapi bagaimana caranya ya? Hmm?" ditengah kebingungan dia melihat jendela yang terbuka lebar, jendela itu seperti memanggil dirinya. "Iya juga ya, jendela disini sangat besar. Aku bisa keluar lewat sini. Maafkan aku Jaka aku harus meninggalkan mu, aku akan kembali secepatnya. Hop." Maheswara melompat keluar lewat jendela kamar nya yang berada di lantai empat.
"Hop." Maheswara mendarat dengan selamat. "Nah sekarang. Lari!!" Maheswara berlari meninggalkan istana untuk pergi ke Hutan Tengkorak.
"Berhenti disana." sebuah suara memberhentikan langkah Maheswara, sebuah suara yang tidak asing.
Maheswara membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memintanya berhenti, "Raja Astrasoca? Kenapa yang mulia disini?" yang ternyata pemilik suara itu adalah Raja Astrasoca.
"Aku sudah memperkirakan ini semua. Pergi dari istana di malam hari seperti ini, mengira bahwa tidak ada yang menyadari kepergian mu."
"Tapi yang mulia, aku harus segera pergi mencari obat untuk Nyai. Aku-" Maheswara kehabisan kata-kata.