"Bagaimana keadaannya Guru? Nyai masih hidup kan?" tanya Maheswara.
"Tenanglah, dia masih hidup. Saat ini dia hanya tak sadarkan diri, seperti tertidur. Aku merasakan sebuah energi jahat yang menahan dirinya untuk sadar, untuk menyadarkan nya kita harus mengusir energi jahat itu." terang Mpu Sudarsana.
"Mengusir energi jahat? Bagaimana caranya Guru? Aku akan siap melakukan apa saja." tanya Maheswara.
"Untuk mengusir energi jahat itu aku membutuhkan seikat daun kelor, sayangnya aku tidak memilikinya karena kemunculan Varthasur yang membuat para pedagang tidak ada yang datang ke Tirtapura." jawab Mpu Sudarsana.
"Tanpa kemunculan Varthasur pun daun kelor itu sudah sulit didapatkan. Untuk mendapatkannnya kau harus pergi ke Hutan Tengkorak, hutan Tengkorak itu adalah hutan yang dipenuhi makhluk-makhluk berbahaya. Dan konon katanya disana ada seorang Penyihir yang memakan manusia. Tentu saja hal itu membuat daun kelor menjadi barang yang mahal." jelas Sang Jaka.
"Pengetahuan mu hebat juga ya." puji Maheswara.
"Kau boleh memuji ku lagi." Sang Jaka tersenyum bangga.
"Kalau tidak ada daun kelor itu akan cukup sulit untuk mengusirnya. Aku bisa mengusir nya tanpa daun kelor, tapi aku tidak bisa menjamin kalau energi itu takkan kembali. Daun kelor menambah persentase keberhasilan pengusiran ini." terang Mpu Sudarsana.
"Persentase keberhasilan? Orang ini yang benar saja." gumam Maheswara.
"Paman Maheswara, apa kau saat ini sedang memikirkan untuk pergi ke Hutan Tengkorak?" tanya Sang Jaka.
"Eh? Ah.. Kalau memang itu bisa menyembuhkan Nyai. Aku akan pergi." jawab Maheswara yakin.