Setibanya di halte, dari kejauhan aku melihat perempuan itu berdiri di depan gerbang kampusku dengan pandangan yang seolah sedang mencari keberadaan seseorang.
Tak berselang lama ia melihat dan menyadari kehadiranku. Dengan berlari-lari kecil seperti yang ia lakukan ketika menuju Kantor Pos, ia mendekatiku.
"Kebetulan ketemu lagi," ucapnya sumringah. "Terima kasih, ya, Mas."
Aku akan selalu mengingat wajahnya hari itu. Wajahnya yang seolah tidak bersalah setelah membawa pergi pulpen seseorang yang berada dalam keadaan genting karena harus menyelesaikan tugas tertulisnya. Wajahnya yang menyebalkan sekaligus membuat aku berpikir, bisa-bisanya ada jenis manusia yang seperti ini.
Namun dari sini juga aku mulai menyadari bahwa pada dasarnya kami memiliki persamaan. Kami nampak sama-sama sering bermasalah dalam hal persiapan.
"Maaf, ya, Mas. Pulpennya tadi kebawa. Ini aku kembalikan," ucapnya seraya menyerahkan pulpen.
Seketika emosiku yang terasa meluap menjadi reda. Terlebih karena ketulusannya untuk mengantarkan pulpen itu kembali kepadaku.
"Tidak usah. Saya masih ada pulpen yang lain. Simpan saja itu untuk Mbak. Tolong dijaga dan jangan dihilangkan."
Ia nampak tertawa sekali setelah mendengar ucapanku tersebut.
"Kenapa?" tanyaku kebingungan.
"Tidak apa-apa," jawabnya sambil berusaha menahan tawa.