"Entahlah. Saya tidak membaca koran, dan nyaris tidak menyalakan televisi apalagi menonton berita. Karena saya benar-benar tertekan."
"Memang tidak ada," kata polisi itu menegaskan.
"Apa maksudnya ini?"
"Sepertinya kejadian yang anda maksud itu hanya berlangsung di dalam kepala Anda. Hanya ilusi atau khayalan Anda yang terlalu mabuk."
"Apa?"
"Mari ikut saya ke kantor agar Anda mengerti apa yang saya maksud. Tapi sebelum itu, sikat gigi Anda dan cuci muka Anda. Anda dan rumah Anda sama-sama berantakan."
"Bb- Baik. Tunggu sebentar."
Setelah pembicaraan yang berlangsung selama beberapa menit, Pablo mengikuti ajakan polisi itu untuk datang ke kantornya dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Ia nyaris tidak berbicara di sepanjang jalan. Namun polisi itu memulai percakapan ketika mobil yang mereka kendarai melewati Jalan Boulevard 10, tempat kejadian perkara yang sempat disebut olehnya.
"Kecelakaan yang Anda maksud, terjadi di sini, kan?"
Pablo terdiam. Dipandanginya sekitaran jalanan itu dari balik kaca mobil polisi yang hitam; mural wajah Obama, tiang lampu serta bohlamnya yang pernah menyala redup, dan bahu jalan yang dipikirnya dialiri oleh darah anak itu.
"Tuan Dicario?" panggil polisi itu.