Pablo yang muram akhirnya bisa sedikit tersenyum. "Baik, Pak. Saya mengerti. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
"Bagus," sahutnya.Â
"Bukankah mobil yang terparkir di sana itu mobil Anda?" Polisi itu menunjuk sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di bawah sebuah pohon.
"Betul, Pak. Kenapa?"
"Anda itu bodoh sekali, ya. Anda merasa telah menabrak seseorang, tapi mobil Anda parkir sembarangan. Hahaha." Polisi itu tertawa. Sementara Pablo hanya bisa tertawa hampa dengan perasaan malu yang menempel di wajahnya, "penyok di bemper itu, kenapa?" tanya polisi itu menambahkan.
"Saya tidak tahu. Itu mobil atasan saya, beliau memberikannya pada saya sekitar sebulan lalu."
"Benarkah?" Polisi itu agak senyum. "Apa? Tunggu. Sebulan yang lalu?" Rautnya Polisi itu berubah, seolah teringat sesuatu.
"Iya. Ada apa, Pak?"
Sedan hitam, bemper depan yang penyok, halusinasi tentang menabrak bocah laki-laki misterius. Polisi itu sepertinya teringat akan sesuatu atau menemukan benang merah dari kejadian yang ada dengan insiden tabrak lari yang melibatkan sedan hitam hingga menewaskan seorang bocah laki-laki di Jalan Boulevard 8 sebulan yang lalu. Yang hingga kini pelakunya masih menjadi misteri.
"Terima kasih atas segala informasi yang anda berikan. Mohon Anda untuk ikut saya kembali ke kantor polisi dan memberikan keterangan serta kesaksian." Polisi itu dengan lekas mengambil tangan Pablo
Pablo mengikuti kemauan polisi tersebut dengan perasaan bingung. Kemudian ketika mereka berdua keluar dan menutup pintu ruangan itu, seorang bocah laki-laki dengan kepala berdarah berdiri di baliknya seraya tersenyum.