Dahinya mengkerut. "Eee.. iya, mungkin saya memang mabuk."
"Saya meminta ketegasan Anda. Apakah saat itu anda mabuk!?" Polisi dengan perut yang buncit itu menaikkan nada suaranya, membuat Pablo ciut.
"Baik, baik. Iya. Iya. Saya memang mabuk. Mungkin mabuk parah. Saya tidak ingin melakukan itu lagi. Cukup satu kali saya mabuk. Saya benar-benar jera. Saya tidak akan mengulanginya."
"Oke, saya hanya ingin memastikan saja."
"Apa Anda akan membawa saya ke penjara sekarang?"
"Sayangnya tidak bisa. Meskipun sebenarnya saya ingin."
Pablo semakin bingung, wajahnya semakin terlihat tolol dengan pemandangan yang pucat dan kusam. Yang menghadap dengan aroma tak sedap di depan muka polisi itu.
"Apa maksud Anda?"
"Setelah memeriksa rekaman lalu lintas di sepanjang Jalan Boulevard, kami sama sekali tidak menemukan adanya kecelakaan lalu lintas di Jalan Boulevard 10 pada hari dan waktu yang anda sebutkan. Dalam seminggu ini hanya ada satu kecelakaan yang terdata di Kota M. Itu pun tidak terdapat korban jiwa. Kejadiannya berlangsung di Jalan Boulevard 9, bukan Boulevard 10. Dan, lagi, itu terjadi pada hari Kamis pukul sebelas siang. Satu-satunya kecelakaan yang berakibat kematian terjadi sekitar sebulan lalu, di sekitaran Jalan Boulevard 8," jelasnya dengan gerakan bibir yang meremehkan.
"Hah!?"
"Seharusnya Anda pun tahu jika kejadian memilukan semacam itu pasti akan langsung terekspos oleh media. Tapi, bukankah dalam seminggu ini tidak ada berita tentang seorang bocah korban tabrak lari?"