Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Long Weekend di Yogyakarta

27 Januari 2025   07:18 Diperbarui: 27 Januari 2025   07:18 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Yogyakarta.  Sumber foto: dokumen pribadi 

Namun, begitu mereka bertanya di meja resepsionis, wanita muda di balik meja hanya tersenyum tipis. "Maaf, Mas, semua kamar sudah penuh."  

Jawaban itu menjadi nada yang sama di hotel berikutnya, dan berikutnya lagi. Setiap kali mereka keluar dari lobi, wajah Mardi semakin terlihat muram. "Kok, penuh semua, sih? Ini nggak biasanya. Yogya kan selalu punya kamar kosong."  

"Long weekend, Mar," kata Samad sambil mengipas dirinya dengan topi. "Semua orang punya pikiran yang sama kayak kita."  

Setelah hampir satu jam, mereka berhenti di pinggir jalan, duduk di bawah bayangan pohon. Mardi membuka aplikasi pemesanan lagi dengan gerakan gusar, mencoba membuktikan keberuntungan mereka. Tapi yang tersisa hanya hotel berbintang dengan harga yang melangit.  

"Kita nggak mungkin bayar segitu cuma buat tidur semalam," keluh Mardi, suaranya mulai kehilangan kesabaran.  

Samad hanya mengangkat bahu. "Yah, kalau nggak ada pilihan lain, tidur di stasiun juga nggak buruk. Gratis, lagi."  

Mardi memutar bola matanya. "Kamu tuh..."  

---

Ketika mereka nyaris menyerah, seorang tukang becak tua mendekati mereka. Becak motornya yang terlihat tua dan berdebu berhenti dengan suara mesin yang sedikit batuk-batuk. Pria itu turun, melepas helmnya, dan menyapa mereka dengan ramah.  

"Mas, cari penginapan, ya?" tanyanya dengan nada santai, senyumnya mengembang, menampilkan deretan gigi yang sudah tidak lengkap.  

Mardi menoleh cepat, seperti seseorang yang menemukan oase di tengah gurun pasir. Matanya berbinar, seolah harapan yang nyaris padam kembali menyala. "Iya, Pak! Tapi semuanya penuh," jawabnya penuh semangat, meskipun nada khawatir masih terselip di ujung suaranya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun