Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Antara Langkah dan Cerita Malioboro

25 Januari 2025   16:54 Diperbarui: 25 Januari 2025   16:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana losmen.  Sumber foto: dokumen pribadi 

Aditya berhenti di depan salah satu pedagang. Ia membeli wedang ronde, merasakan kehangatan minuman itu mengalir di tenggorokannya. Ia memperhatikan Claire yang sibuk memotret, Asep yang bercanda dengan Kenji, dan Aiko yang tertawa pelan.  

Mereka duduk di trotoar, berbagi cerita sambil menikmati suasana. Claire bertanya tentang kehidupan Aditya di Jakarta, tentang apa yang membuatnya datang ke Yogyakarta.  

Aditya terdiam sejenak sebelum menjawab. "Kadang... rasanya seperti terus berlari, tapi nggak tahu apa yang sebenarnya aku kejar."  

Asep menatapnya serius. "Mungkin kau hanya butuh berhenti sejenak. Nggak semua hal harus selesai dengan cepat."  

Claire mengangguk setuju. "Sometimes, slowing down gives you clarity."  

Kata-kata mereka menenangkan Aditya, seperti angin malam yang lembut. Ia menyadari, mungkin ia memang terlalu keras pada dirinya sendiri.  

---

Keesokan pagi, Aditya melangkah keluar dari losmen dengan langkah yang lebih ringan. Udara pagi yang segar menyapa wajahnya, membawa harapan baru. Matahari baru saja terbit, menyinari sepanjang jalan Malioboro dengan cahaya emas yang lembut. Suasana kota yang semula sunyi kini perlahan mulai hidup. Pedagang mulai membuka lapaknya, menyusun dagangan mereka dengan penuh semangat. Suara deru kendaraan mulai terdengar, mengisi celah-celah pagi yang hening.  

Aditya menyusuri trotoar, menikmati hiruk-pikuk yang tak seperti di Jakarta. Ada sesuatu yang berbeda di sini, sesuatu yang lebih santai, lebih hangat. Langkahnya berhenti di depan seorang pelukis jalanan yang sedang tekun menggoreskan kuas di atas kanvas besar. Lukisan itu menunjukkan sebuah pemandangan Malioboro yang ramai, namun dengan sentuhan yang penuh perasaan---sebuah interpretasi tentang kehidupan di jalanan yang tak pernah berhenti.  

"Lukisanmu indah," ujar Aditya spontan, terpesona oleh goresan warna yang begitu hidup.  

Pelukis itu menoleh dan tersenyum kecil. Matanya yang dalam memancarkan kebijaksanaan yang tenang. "Semua orang punya cara sendiri untuk menceritakan dunia," katanya pelan, kembali menatap kanvasnya. "Ini caraku."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun