Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jejak di Tanah Kering

10 Januari 2025   07:16 Diperbarui: 10 Januari 2025   07:16 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Meta AI

"Pak," Sumi berbisik setelah Bayu berlari mengejar kucing, "bagaimana kalau kita jual saja cincin kawin kita?"

Raji menggeleng keras. "Tidak, Bu. Itu satu-satunya peninggalan orangtuamu. Biar aku yang cari jalan."

"Tapi..."

"Aku ke kota hari ini," Raji memotong kata-kata istrinya. "Kata Kang Wahyu ada proyek bangunan yang butuh kuli. Siapa tahu masih bisa masuk."

Sumi terdiam. Ia tahu betul suaminya bukan tipe yang suka menyerah. Sejak menikah lima belas tahun lalu, Raji selalu bekerja keras menghidupi keluarga mereka. Tapi kemarau kali ini berbeda. Lebih panjang, lebih kejam.

Di kota, Raji berjalan dari satu lokasi proyek ke lokasi lain. Terik matahari membakar kulitnya yang sudah gelap. Perutnya keroncongan, tapi ia tak berani membeli makanan. Uang di sakunya harus ia hemat untuk ongkos pulang.

"Maaf, Pak, kami sudah cukup orang," kata seorang mandor di proyek terakhir yang ia datangi.

Dengan langkah gontai, Raji masuk ke sebuah warung kopi kecil di sudut jalan. Ia memesan segelas teh panas, minuman termurah di menu.

"Sepertinya ada yang sedang susah," sebuah suara mengejutkannya. Seorang pria tua duduk di seberang mejanya. Wajahnya penuh kerutan, tapi matanya tajam dan bersinar.

"Ah, tidak apa-apa, Pak," Raji menjawab sopan.

"Namaku Harjo," pria tua itu memperkenalkan diri. "Dari cara dudukmu, kelihatan kalau kau petani."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun