Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Losmen Bougenville

28 Desember 2024   08:09 Diperbarui: 28 Desember 2024   08:09 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Meta AI

Air mata Asep nyaris menetes. Sudah lama ia memimpikan bisa membelikan sesuatu untuk keluarganya. Adi butuh mainan baru untuk perkembangan motoriknya - kata guru TK-nya minggu lalu. Rini juga sudah lama menabung untuk membeli jilbab baru, tapi selalu saja uangnya terpakai untuk kebutuhan mendadak.

Sepulang kerja, Asep mampir ke pasar. Dengan hati berbunga-bunga, ia memilih mobil-mobilan remote control yang sudah lama diinginkan Adi dan sehelai jilbab sutra sederhana untuk Rini. Uang tips dari Pak Rahmat lebih dari cukup untuk membeli keduanya.

"AYAAAAH!" Adi berlari menubruk kaki Asep begitu ia membuka pintu rumah. "Itu... itu... mobil-mobilan yang seperti punya Dani ya?" mata bocah lima tahun itu berbinar-binar melihat bungkusan di tangan ayahnya.

"Iya, sayang. Tapi ingat ya, mainannya harus berbagi sama teman-teman," Asep mengusap kepala putranya dengan sayang.

Rini yang baru selesai melipat cucian tertegun melihat suaminya mengeluarkan jilbab dari kantong plastik lainnya. "Astagfirullah... Pak, ini pasti mahal. Harusnya uangnya ditabung saja atau---"

"Ssst," Asep menempelkan jarinya di bibir Rini. "Ini rezeki dari Allah melalui tamu yang baik hati. Dan kamu..." ia menggenggam tangan istrinya, "sudah terlalu lama menahan diri. Sekarang gantian kamu yang harus terima kasih sama Allah."

Malam itu, kamar sempit mereka dipenuhi tawa bahagia. Adi asyik memainkan mobil barunya, sementara Rini tak henti-hentinya mengusap jilbab pemberian suaminya dengan mata berkaca-kaca. Asep memeluk keduanya erat-erat, mensyukuri bagaimana Allah menunjukkan kasih sayangnya melalui cara-cara yang tak terduga.

"Pak," bisik Rini saat Adi sudah tertidur pulas, "terima kasih ya. Bukan karena hadiahnya, tapi karena sudah mengajarkan Adi arti kerja keras dan ketulusan."

Asep tersenyum. Ia teringat kata-kata mendiang ibunya: "Rejeki itu seperti air, Sep. Kalau kamu ikhlaskan untuk mengalir ke orang lain, Allah akan kirimkan lebih banyak mata air ke hidupmu."

Tiga bulan berlalu, okupansi losmen meningkat signifikan. Pak Hendra bahkan memberikan bonus kepada Asep karena prestasinya.

"Sep, saya salah menilaimu. Ternyata bukan hanya kebersihan yang penting, tapi juga keramahan dan pelayanan tulus yang kamu berikan," ucap Pak Hendra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun