Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Losmen Bougenville

28 Desember 2024   08:09 Diperbarui: 28 Desember 2024   08:09 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Meta AI

Semalaman Asep berpikir keras. Ia teringat pengalamannya menginap di losmen sederhana di Garut tahun lalu. Meski fasilitasnya tidak istimewa, tapi pelayanan ramahnya membuat ia betah.

Keesokan harinya, Asep mulai menerapkan ide-idenya. Ia menyediakan teh dan air putih gratis di setiap kamar. Ia juga memasang pot-pot kecil berisi tanaman hias di sepanjang koridor losmen, membuat suasana lebih asri.

Yang paling penting, ia memberikan pelayanan ekstra kepada setiap tamu. Mulai dari membantu membawakan koper, memberikan informasi tempat makan enak di sekitar losmen, hingga menyediakan obat-obatan ringan untuk tamu yang sakit.

Perlahan tapi pasti, perubahan mulai terlihat. Setiap pagi, Asep membaca ulasan-ulasan baru di situs perjalanan online dengan mata berbinar. "Losmen sederhana dengan hati yang besar," tulis seorang tamu. "Pak Asep adalah malaikat penyelamat liburan kami," puji yang lain. Rating losmen naik dari 2,5 menjadi 4,7 bintang dalam waktu sebulan.

Suatu malam, ketika hujan deras mengguyur Bandung, sepasang suami istri tua mengetuk pintu losmen dengan panik. Sang istri demam tinggi, menggigil kedinginan setelah terjebak macet berjam-jam di jalan. Tanpa pikir panjang, Asep mengeluarkan persediaan paracetamol dan jahe merah yang selalu ia simpan untuk kondisi darurat.

"Pak, Ibu harus segera minum obat dan beristirahat," ujar Asep sambil membantu pasangan itu ke kamar terdekat. Ia bahkan rela mengorbankan selimut cadangan milik keluarganya sendiri untuk menghangatkan sang istri yang masih menggigil.

Semalaman, Asep bolak-balik mengecek keadaan tamunya itu, membawakan teh jahe panas dan handuk basah untuk mengompres. Rini yang melihat kesibukan suaminya diam-diam tersenyum bangga, sambil berdoa untuk kesembuhan sang tamu.

Keesokan paginya, wajah sang istri sudah jauh lebih segar. Suaminya, seorang pensiunan dokter bernama Pak Rahmat, menggenggam tangan Asep dengan mata berkaca-kaca.

"Pak Asep, saya sudah menginap di banyak hotel berbintang," ujarnya terharu, "tapi belum pernah menemukan ketulusan seperti ini. Terimalah ini sebagai bentuk terima kasih kami." Pak Rahmat menyerahkan sebuah amplop putih.

Asep menggeleng sopan, "Ah, tidak usah repot-repot Pak. Sudah kewajiban saya membantu tamu yang kesusahan."

"Saya mohon," Pak Rahmat meletakkan amplop itu di tangan Asep. "Anggap saja sebagai rezeki dari Allah. Saya juga akan merekomendasikan losmen ini ke komunitas pensiunan dokter saya. Mereka sering mengadakan reuni di Bandung."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun