Selain efektivitas ROI yang lebih tinggi, email marketing dan newsletter juga menawarkan keuntungan dalam hal kontrol dan kepemilikan data. Dengan algoritma media sosial yang kerap berubah, merek kehilangan kendali atas siapa yang akan melihat konten mereka.
Sebaliknya, daftar email adalah aset milik perusahaan, di mana merek dapat mengontrol frekuensi, segmentasi, dan personalisasi pesan yang dikirimkan ke konsumen.
Menurut HubSpot, 78% pemasar melaporkan bahwa email marketing membantu meningkatkan keterlibatan audiens lebih baik dibandingkan dengan platform media sosial, karena komunikasi melalui email cenderung lebih fokus dan tidak mudah diabaikan oleh penerima (HubSpot, 2022).
Platform berbasis komunitas seperti Discord dan Telegram juga memberikan peluang unik bagi merek untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan audiens mereka. Di sini, merek dapat menciptakan ruang komunitas eksklusif di mana pengguna dapat berdiskusi, berbagi pengalaman, atau mendapatkan informasi langsung dari brand ambassador atau perwakilan merek.
Menurut survei yang dilakukan oleh GlobalWebIndex, 71% konsumen berpendapat bahwa mereka lebih terhubung dengan merek yang menawarkan pengalaman komunitas yang berkelanjutan dan interaktif (GlobalWebIndex, 2023).
Dalam platform seperti Discord, misalnya, komunitas dapat berkembang secara organik melalui percakapan dua arah, yang memungkinkan merek tidak hanya membangun loyalitas tetapi juga mendapatkan masukan langsung dari konsumen mereka.
Dengan kehadiran platform alternatif yang semakin berkembang, merek kini memiliki berbagai pilihan untuk tetap relevan di dunia digital tanpa harus sepenuhnya bergantung pada media sosial. Kebangkitan platform-platform ini menawarkan fleksibilitas yang lebih besar bagi merek untuk menyesuaikan pendekatan mereka, membangun hubungan yang lebih dalam dengan konsumen, dan pada akhirnya mencapai tujuan pemasaran yang lebih efektif dan efisien.
Apakah Pemasaran Media Sosial Benar-Benar Sudah Mati?
Meski menghadapi berbagai tantangan, pemasaran media sosial belum benar-benar mati. Faktanya, media sosial masih menjadi saluran yang sangat penting bagi banyak bisnis, terutama bagi perusahaan besar yang memiliki anggaran signifikan untuk berinvestasi dalam iklan berbayar dan mampu bergerak cepat untuk memanfaatkan tren terbaru. Platform-platform seperti Instagram dan TikTok menunjukkan angka pertumbuhan pengguna yang terus meningkat. Menurut DataReportal, TikTok mencatatkan lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan pada tahun 2022, menjadikannya salah satu platform media sosial dengan pertumbuhan tercepat di dunia (DataReportal, 2022). Ini menunjukkan bahwa media sosial tetap memiliki daya tarik yang kuat sebagai alat pemasaran untuk mencapai audiens dalam jumlah besar di seluruh dunia.
Namun, dinamika baru di media sosial mengharuskan merek untuk mengadaptasi strategi mereka agar tetap relevan dan efektif. Dalam menghadapi algoritma yang sering berubah, merek kini perlu lebih kreatif dalam menggunakan media sosial, misalnya melalui konten video pendek yang menarik dan meningkatkan interaksi yang lebih bermakna dengan audiens. Tren konten video pendek yang dipelopori oleh TikTok dan diikuti oleh Instagram Reels dan YouTube Shorts telah menciptakan format baru yang digemari oleh konsumen, terutama di kalangan Generasi Z dan Milenial. Data dari HubSpot menunjukkan bahwa 54% konsumen lebih menyukai konten video pendek sebagai format konten yang paling menarik, menjadikannya alat yang efektif bagi merek untuk tetap terhubung dengan audiens (HubSpot, 2023).
Selain itu, kolaborasi dengan nano dan micro-influencer menjadi strategi yang semakin populer di kalangan merek yang ingin membangun keterlibatan yang lebih autentik. Berbeda dengan macro-influencer atau selebriti besar, nano dan micro-influencer memiliki audiens yang lebih kecil tetapi loyal dan lebih terlibat, yang menjadikan mereka mitra ideal untuk kampanye yang berfokus pada keaslian dan keterikatan. Menurut Influencer Marketing Hub, kampanye dengan micro-influencer dapat menghasilkan tingkat keterlibatan hingga 60% lebih tinggi dibandingkan dengan macro-influencer, karena audiens cenderung lebih mempercayai rekomendasi mereka (Influencer Marketing Hub, 2023). Hal ini membuktikan bahwa meskipun algoritma media sosial lebih memprioritaskan konten berbayar, merek masih dapat mencapai keterlibatan tinggi dengan mengadopsi strategi kolaboratif yang lebih autentik.