"Kendala? Kendala apa, Lim? Katakan, mungkin aku bisa bantu,"Â Anita langsung serius.
Salim menghela nafas, "Aku merasa seperti kehilangan arah, Nita. Setiap kali aku menulis, rasanya kata-katanya tak mampu mengungkapkan apa yang ingin aku sampaikan. Seperti ada yang kurang."
"Hmm, pernah dengar pepatah 'malu bertanya sesat di jalan'? Kenapa tidak coba minta masukan dari penulis lain? Aku kenal beberapa penulis di komunitas Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana, mereka pasti bisa memberi masukan yang berharga," usul Anita.
Salim terdiam, mempertimbangkan saran itu.
"Tapi aku malu, Nita. Mereka penulis hebat, dan aku hanya pemula," keluh Salim.
"Salim, justru itu. Tidak ada malu dalam belajar. Setiap penulis hebat pasti pernah di posisimu sekarang. Lagipula, kamu tidak pernah tahu jika tidak mencoba," Anita bersemangat.
"Kamu benar, Nita. Baiklah, aku akan mencoba. Terima kasih, ya. Kamu selalu tahu apa yang harus dikatakan," Salim tersenyum, merasa sedikit lega.
"Selalu siap membantu! Oh ya, kirimkan aku cerita yang sudah kamu tulis. Siapa tahu, aku bisa kasih saran juga," tawar Anita.
"Tentu, akan aku kirim sebentar lagi. Makasih banyak, Nita!"
Setelah menutup telepon, Salim merasa sedikit lebih terinspirasi. Ia membuka laptopnya, mengumpulkan naskah-naskah yang telah ditulis, dan memutuskan untuk mengirimkan beberapa kepada Anita. Mungkin dengan sedikit bantuan dan dorongan, ia bisa menemukan kembali jalannya.
Sementara itu, jauh di luar ekspektasinya, email yang akan dia kirimkan itu mungkin akan membuka pintu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.