Tikar rotan tua warisan ibu, selalu mengantarkan banyak kenangan perpisahan dengan ibu, ketika aku meletakkan dan melipat jemuran di situ.
Azan magrib berkumandang dari corong mesjid kompleks perumahan tempat keluarga kecilku bermukim, di ibu kota negara. Sudah menjadi rutinitas, bakdah magrib setiap hari jumat, aku selalu menyempatkan mengikuti pengajian di mesjid kompleks dekat rumah, yang diprogram perkumpulan ibu-ibu pengajian.
Majelis taklim "Khadijah tul muhibbin" mengundang seorang daiyah, ustadazah yang cukup terkenal seantero masyarakat, karena kefasihannya menyampaikan hikmah-hikmah agama.
Usai shalat magrib berjamaah, panitia mengatur tataletak ruangan, persiapan majelis ilmu. Ibu-ibu majelis taklim mengambil posisi duduk berjamaah berbentuk huruf U. Di bagian tengah depan, dipasang sebuah karpet bercorak arabian berwarna hijau, di atasnya sebuah meja duduk dan sebuah mikrofon tergeletak. Duduk di belakang meja seorang ustadzah, bersiap-siap memulai ceramahnya.
Para jamaah juga menghentikan percakapan kecilnya, ketika tangan sang ustadzah mengetuk-ngetuk mikrofonnya, untuk memastikan alat itu sudah on.
"Auzubillahi minasyaitani rajim, bismillahi rahmani rahim" ... demikian sang ustadzah memulai pembicaraannya.
Setelah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, mengucap kalimat "pengakuan ke takberdayaan" la khauwla wala kuata illabillahi adzim, dan mengucap permohonan ampun, astagafirullah huladzim, ia meminta izin kepada hadirin untuk menyampaikan ceramahnya dengan topik "istri surgawi".
Beberapa jamaah saling memandang sambil tersenyum, mendengar judul ceramah itu.
Aku tidak bisa mengetahui persepsi di benak mereka tentang topik itu. Dalam pikiranku sendiri juga mencoba mereka-reka, tentang "istri surgawi" itu.
Dalam benakku terlintas asumsi, bahw "istri surgawi" ada seorang istri yang solehah, taat dalam ibadah dan bakti kepada suami, menjadi panutan anak-anak dalam kebaikan dan kebijaksanaan.
"Suatu waktu, Fatimah Azzahrah mengunjungi ayahandanya Nabiullah Muhammad SAW, dengan suatu rasa penasaran, mengenai siapa wanita yang akan memasuki pintu surga pertama kali?" suara ustadzah melalui mikrofonnya, membuyarkan lintasan pikiranku.