Mohon tunggu...
Syaeful Rohman
Syaeful Rohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa mercubuana jakarta barat

Nama : Syaeful rohman Nim : 41520010004 Matkul : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dospem : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Instansi : Universitas Mercu Buana Meruya Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Jawa Kuno

16 Juli 2023   13:43 Diperbarui: 16 Juli 2023   13:43 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/sriwimerta/

Etika jawa kuno

Apa itu etika?
Etika berasal dari kata Yunani kuno ethikos, yang berarti timbul dari kebiasaan. Artinya etika adalah sesuatu yang berasal dari kebiasaan. Etika di Yunani termasuk dalam cabang filsafat besar yang mempelajari nilai-nilai dan kualitas yang umumnya menjadi standar penilaian moral.

Etika mencakup banyak cara menganalisis dan menerapkan konsep mulai dari benar, salah, baik, buruk, baik, tanggung jawab moral, dll. Namun, etika memiliki banyak definisi. Inilah yang perlu Anda ketahui tentang etika.

 

https://jbbudaya.jogjabelajar.org/
https://jbbudaya.jogjabelajar.org/
Etika jawa


Etika Jawa adalah gaya hidup yang biasa digunakan atau diterapkan dalam masyarakat Jawa di Indonesia. Etika Jawa adalah ilmu yang mempelajari adat istiadat, gaya hidup, nilai-nilai dan filosofi yang terdapat dalam masyarakat Jawa. Menurut Frans Magnis Suseno, seorang peneliti dan penulis budaya dan etika Jawa, etika Jawa adalah cara hidup yang didasarkan pada moralitas, hati nurani, dan emosi. Ciri khas etika Jawa dibandingkan dengan disiplin ilmu etika lainnya adalah penekanannya pada besarnya keharmonisan antara makrokosmos (manusia) dan mikrokosmos (tatanan universal).

Pengertian etika

Definisi etika secara etimologis adalah "etika", berasal dari kata Yunani "ethos" dan "ethikos". Secara etimologis, pengertian etika dari kata "ethos" berarti baik sifat, watak, budi pekerti, tata krama dan tempat.

Dalam kaitannya dengan serapan bahasa Yunani, arti etika secara etimologis berasal dari kebiasaan. Meskipun KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) menyatakan, pengertian etika adalah pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta hak dan kewajiban moral (akhlak).

Etika secara etimologis dari kata "ethikos" berarti moralitas, sopan santun atau perilaku dan tindakan yang baik. Kata "etika" berbeda dengan kata "etika" dan "etiket". Etimologis Definisi etimologis dari kata "etika" berarti seperangkat prinsip atau nilai yang berkaitan dengan moralitas atau nilai-nilai baik dan buruk yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat.

Tidak hanya itu, arti etimologis dari kata "etiket" berarti tata cara atau tata krama, tata krama, dan sebagainya dalam masyarakat yang beradab untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Sederhananya, etika adalah sistem prinsip moral yang memengaruhi cara orang membuat keputusan dan menjalani kehidupan mereka. Etika berurusan dengan apa yang baik bagi individu dan masyarakat dan juga dikenal sebagai filsafat moral.

Istilah ini berasal dari kata Yunani etos, yang dapat berarti kebiasaan, watak atau kecenderungan.

Pengertian etika menurut pendapat para ahli

Untuk memahami lebih jelas apa itu etika, simak pengertian etika yang diberikan oleh para ahli berikut ini.

  • Hati-hati Poerbakawatja
    Soegarda Poerbakawatja mengemukakan bahwa konsep etika merupakan ilmu yang memberikan acuan, arah dan landasan bagi tindakan manusia terhadap lingkungannya.

  • H. A.Mustafa
    Menurut definisi etis, H.A. Mustafa adalah ilmu yang mengidentifikasi perilaku baik dan buruk dalam semua perilaku dan pemikiran manusia.

  • K Bertens
    Pengertian etika menurut K. Bertens adalah suatu nilai atau standar moral yang berlaku di tengah-tengah masyarakat dan menjadi acuan pelaksanaan cara hidup masyarakat.

  •  dr. jacob j Spillane SJ
    Konsep etika menurut Dr. Jacob adalah aturan yang mendasari perilaku manusia, termasuk keputusan moral. Etika memberikan arah untuk bernalar ketika menentukan benar dan salah dalam berperilaku di tengah kehidupan sosial.

  •  dr. B. Salam Burhanuddin
    Pengertian etika menurut dr. H. Burhanuddin, etika adalah cabang filsafat yang berkenaan dengan nilai dan standar yang melandasi perilaku manusia dalam kehidupan.

  • W. JS Poerwarminto
    W.J.S. Definisi Poerwaarminto tentang etika adalah ilmu yang berakar pada tatanan perilaku manusia yang erat kaitannya dengan moralitas. Sisi baik dan buruk menjadi bahasan utama dalam etika, yang pengaruhnya juga ditentukan oleh akal manusia.

  • Aristoteles
    Menurut Aristoteles, etika dipengaruhi oleh dua hal penting, yaitu Terminius Technicus dan Manner and Cutom. Terminius Technicus adalah ilmu yang mempelajari aktivitas manusia. Sedangkan Manner and Cutom adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan kebiasaan dan adat istiadatnya. Etika menurut Aristoteles adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan kebiasaan dan tata kramanya terhadap lingkungannya.

  • Prof. Robert Salmon
    Profesor Robert Salemon menunjukkan bahwa etika adalah karakter individu terkait dengan hukum sosial yang mengatur dan membimbing perilaku manusia.

  • Fagothey
    Fagothey menjelaskan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari kehendak manusia, khususnya yang berkaitan dengan tindakan benar dan salah.

  • Kattsoff
    Menurut Kattsof, prinsip etika adalah prinsip yang berlaku dalam hubungan jangka panjang perilaku manusia.

Ciri-ciri Etika Jawa

Dalam buku Etika Jawa, Frans Magnis Suseno menjelaskan bahwa orang Jawa tidak mengenal baik dan buruk, melainkan orang yang bertindak karena kebodohan. Sehingga ketika orang bertindak merugikan orang lain, itu terlihat sebagai orang yang tidak mengerti mana yang baik dan mana yang tidak.

Karakter orang Jawa

Seperti disebutkan di atas, orang Jawa di sini digolongkan sebagai Abangan. Dalam hal ini, Java dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

  •  Jawa dari segi budaya atau adat
    Menurut Simuh, kebudayaan terdiri dari dua bagian, yaitu komponen isi dan komponen bentuk. Jika komponen material mengandung; sistem budaya, ide dan konsep, sistem sosial, perilaku dan tindakan, termasuk objek material. Meskipun komponen konten meliputi:

    Bahasa, sistem teknis, sistem ekonomi, organisasi sosial ilmu pengetahuan, agama dan seni. Sehingga nilai-nilai budaya selalu secara langsung dan tidak langsung diwarnai oleh tindakan masyarakat. Wayang merupakan salah satu budaya Jawa, meskipun ada yang mengatakan bahwa wayang aslinya berasal dari India. Wayang merupakan simbol budaya Jawa, dengan karakter wayang yang menjadi contoh masyarakat Jawa.18 Artinya, etika Jawa juga dapat dilihat dalam dunia perwayangan yang telah lama berkembang sebagai kesenian rakyat dan menyatu dalam kehidupan masyarakat Jawa.

  • Orang Jawa Dilihat dari Segi Kenikmatan Hidup
  • Orang Jawa cenderung menyukai hidup yang mereka sebut nglaras yaitu menyukai kenikmatan hidup atau menikmati hidup. Untuk mendapatkannya mereka bersedia mengabaikan kepentingan-kepentingan lainnya, sehingga dapat dikonotasikan sebagai makhluk hedonis, yang memuja atau mengedepankan kenikmatan. Dengan menikmati hidup semacam ini orang Jawa terkesan malas, meskipun dalam kenyataannya mereka merupakan pekerja berat yang bersemangat tinggi.

  • Orang Jawa Dilihat dari Segi Keyakinan atau Kepercayaan
  • Pemikiran orang Jawa berdasar pada sikap batin yag tepat, dalam arti orang Jawa selau berusaha agar tepat dalam bersikap. Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang berketuhanan. Sejak zaman prasejarah mereka menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

    Animisme adalah suatu keyakinan yang menganggap bahwa setiap benda yang hidup atau benda mati memiliki jiwa dan roh, sedangkan dinamisme yaitu suatu kepercayaan yang meyakini bahwa setiap benda hidup atau mati memiliki kekuatan gaib.

 

6 tingkatan Bahasa yang dipakai suku jawa dalam berbicara

 

  •  Ngoko Jawa

    Ngoko tipe Jawa adalah jenis bahasa Jawa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang biasa atau masyarakat umum. Jenis java ini dibagi lagi menjadi dua kelompok diantaranya:

  • Ngoko lugu

    Bahasa Ngoko Lugu berfungsi sebagai dialog atau komunikasi antara anak dan cucu dengan orang tuanya, seorang anak dengan teman-temannya. Masyarakat pada umumnya, kaum bangsawan dengan para pembantunya. Bahkan bisa digunakan untuk berbicara sendiri.

  •  Ngoko Andhap atau Ngoko Halus

    Variasi bahasa Jawa dari ngoko menggunakan awalan, akhiran dan kata ngoko. Dimana kata tersebut bercampur dengan Krama Andhap dan Krama Inggil. Bahasa Ngoko Andhap sendiri memiliki dua kelompok bahasa, yaitu:

    Ngoko Antya Basa
    Ngoko Antya Basa adalah salah satu jenis bahasa Ngoko yang penggunaan awalan, akhiran, dan kata merupakan persilangan antara Krama Inggil dan Ngoko. Untuk kata ganti orang kedua digunakan Sariramu atau Sliramu. Sedangkan kata ganti orang pertama menggunakan aku.

  • Jawa Madya

Bahasa perantara adalah salah satu jenis bahasa Jawa yang terletak di antara bahasa Krama dan bahasa Ngoko. Bahasa Madya ini berupa kata Madya yang selanjutnya dipadukan dengan bahasa Krama dan bahasa Ngoko. Umumnya, bahasa Madya ini digunakan oleh masyarakat awam di pedesaan Jawa.
Bahasa Jawa madya sendiri terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

bahasa madya Ngoko

 Bahasa madya Ngoko adalah bahasa yang biasa digunakan untuk percakapan antara pedagang lain. Bahasa ini berbentuk Ater-ater, Tengah dan Ngoko dan Panambang tetapi tetap Ngoko. Contoh penggunaan kata seperti "kowe" menjadi "dika", "ich" menjadi "kula".

Bahasa madya krama

 Bahasa Madya Krama adalah bahasa percakapan yang digunakan para pejabat dengan istri dan suaminya. Bentuk bahasa ini adalah Krama, Krama Inggil dan Madya. Namun, tidak merayakan makan Panambang dan Ater. bahasa tengah

Bahasa Madyantara
merupakan bahasa percakapan yang digunakan oleh masyarakat awam. Ini juga dapat digunakan oleh orang tua dengan kerabat yang lebih rendah. Misalnya, kata "kowe" diubah menjadi "samang, mang, atau kamu".

  • Menjejalkan bahasa Jawa

 Bahasa Krama terbagi menjadi lima kelompok diantaranya:
Bahasa Mudha Krama

 Jenis bahasa Krama ini sering digunakan oleh siswa dengan gurunya, rekan kerja di sektor publik, dan anak muda dengan orang tuanya. Bentuk bahasa ini adalah Krama Inggil, Panambang dan Kramakan Ater-ater. Misalnya kata "kowe" menjadi "panjenente", kata "ich" menjadi "kowe".

 Bahasa Kamantara/Krama Lugu

 Bahasa Kamantara atau yang juga dikenal dengan Krama Lugu merupakan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan oleh orang tua untuk berbicara kepada orang yang lebih muda. Itu juga bisa menjadi pangkat atau status sosial yang lebih tinggi. Misalnya, kata "kamu" menjadi "kamu" dan kata "ich" menjadi "aku".

 Bahasa Wredha Krama

 Bahasa Wredha Krama adalah bahasa percakapan antara orang tua dan anak muda. Jenis bahasa ini terdiri dari jenis kata Krama, tetapi untuk Panambang dan Ater-ater tidak bisa Krama. Misalnya kata "kamu" diganti menjadi "kamu", kata "ich" diganti menjadi "aku". etika bahasa inggris

 Bahasa Krama Inggil
merupakan bahasa percakapan yang digunakan oleh para bangsawan dan orang tua, dapat juga digunakan antara tua dan muda atau pejabat dan rakyat jelata. Bentuk bahasa ini macam-macam, seperti bahasa Mudha Krama. Contoh ucapannya adalah "panjenento" diubah menjadi "panjenento dalem", "kula" diubah menjadi "adalem, abdi dalem, kawula".

 Bahasa krama desa

  • Bahasa ini biasanya dituturkan oleh penduduk desa. Sebagian besar dari mereka masih buta terhadap sastra. Penggunaan kata dalam bahasa Krama Desa memiliki ciri-ciri, yaitu:

  • Kata-kata Krama dan Krama-Inggil yang sudah di-kramatis ulang, misalnya:
    disepuh menjadi sepah, nama menjadi nami, waja menjadi waos, tabih menjadi tebah dll.

    Misalnya, gunakan kata-kata Krama Inggil untuk diri sendiri: Saya makan, makan, memberi dan sebagainya.

  • Memakai kata-kata krama Kawi:
    Bersikaplah sopan, yoga Anda, turanga Anda, dan sebagainya. Bergantung pada situasinya, mis.

    Sambera Chicken, Mori Slice, Ambetan Duren, Sengeta Pete dll. Ini memiliki arti tersendiri, mis. limusin semangka, dhekemen dhale, boga agung dll.

 6 Bahasa jawa kedhaton (Bahasa bagongan)

Kedhato Jawa (bahasa baru)

 Bahasa Kedhaton adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh para abdi dan prajurit raja di lingkungan kerajaan dan di depan para pejabat kerajaan. Bahasa Jawa jenis ini terbentuk dalam kalimat santun yang dipadukan dengan kata Ater-ater, Kedhaton dan Panambang.

 Penggunaan bahasa juga bervariasi tergantung pada siapa lawan bicara berbicara. Misalnya, jika Anda prajurit atau sesama abdi raja, jangan memakai kebiasaan. Sedangkan ketika abdi raja berbicara kepada pangeran, panambang dan teater harus dilakukan.

https://travelingyuk.com/
https://travelingyuk.com/
Pengertian Unggah-Ungguh.
  •  Secara Etimologi
    Unggah-ungguh menurut bahasa adalah gabungan dari dua kata yaitu kata unggah dan kata ungguh. Kata unggah dalam kamus bahasa Jawa disama-artikan dengan kata munggah yang artinya naik, mendaki. memanjat. Maka kecenderungan orang Jawa dalam menghormati orang lain didasarkan pada tingkat kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Sedangkan ungguh dengan tingkat bahasa Jawa ngoko yang artinya berada, bertempat, pantas, cocok sesuar dengan sifat-sifatnya. Dalam hal ini mayoritas orang Jawa menghormati orang lain selalu melihat atau memperhatikan keadaan, selalu berhati-hati dalam membawa diri. Sikap berhati-hati dan waspada bermaksud agar tingkah lakunya sesuai, pantas dan tidak mengganggu orang lain atau menimbulkan konflik dalam masyarakat. Kedua kata tersebut jika digabung menjadi unggah-ungguh artinya sopan santun, basa basi atau tata krama. Ini menunjukkan bahwa orang Jawa dalam bergaul dalam mas yarakat selalu memperhatikan aturan sopan santun dan tata krama demi menjaga keselarasan sosial dan tercapainya hidup rukun, aman, damai dan sentausa tanpa ada konflik.

  • Secara Terminologi
  • Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan unggah-ungguh secara langsung maupun tidak langsung. Tokoh tersebut diantaranya adalah Frans Magnis Suseno, S. Soemiati Soetjipto, Clifford Geertz dan Maryono Dwiraharjo.

  • Menurut Franz Magnis Suseno, unggah-ungguh identik dengan prinsip hormat yaitu suatu sikap dimana orang Jawa dalam cara bicara dan membawa diri selalu atau harus menunjukkan sikap hormat kepada orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya.* Menurutnya masyarakat merupakan suatu kesatuan yang selaras. Kesatuan itu diakui oleh semua manusia dengan menempatkan diri sesuai dengan tuntutan tata krama sosial. Mereka yang berkedudukan lebih tinggi harus dihormati dan mereka yang berkedudukan lebih rendah adalah memakai sikap kebapaan atau keibuan dan rasa tangung jawab.

  • Orang Jawa dalam menyapa orang lain menggunakan bahasa keluarga dan menggunakan bahasa krama yang terdiri dari dua tingkat utama yang berbeda dalam perkataan dan gramatika, yaitu krama sebagai bentuk sikap hormat, dan ngoko sebagai bentuk sikap keakraban, dan krama inggil sebagai pengungkapan sikap hormat yang paling tinggi. Tatanan dalam tingkat bahasa krama inilah merupakan suatu sarana ampuh untuk mencegah timbulnya konflik, sehingga tatanan ngoko-krama mempunyai fungsi yaitu untuk mengatur semua bentuk interaksi langsung di luar lingkungan keluarga inti danlingkungan teman-teman akrab maupun orang yang tidak dikenal

  • sekalipun. Tatanan krama ini menyangkut gerak badan, urutan duduk, isi dan bentuk suatu pembicaraan.

  • Dengan demikian, unggah-ungguh dalam pandangan F.M. Suseno merupakan bentuk manifestasi dari bentuk prinsip rukun dan prinsip hormat

Unggah-Ungguh dalam Etika Jawa

 Unggah-Ungguh merupakan bagian dari etika atau disebut sebagai etika terapan. Karena lebih cenderung pada perilaku atau merupakan salah satu implementasi dari teori-teori etika secara umum, maka unggah-ungguh disebut sebagai etika. Di depan telah disinggung bahwa etika pada umumnya dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Untuk menghindari kesalahpahaman perlu dijelaskan terlebih dahulu perbedaan antara etika dengan etiket.

 undangan yang berlaku dikalangan raja-raja atau bangsawan. Dalam kartu itu disebutkan tata cara atau tata tertib, duduk di mana, mengenakan pakaian apa, bertempat duduk di sebelah mana dan sebagainya dalam sebuah pesta.

 Pengertian etiket makin lama berubah bukan hanya kartu undangan melainkan sebagai cara bicara, cara berpakaian, cara duduk dan seterusnya, sehingga menjadi kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang orang yang telah beradab. Dengan begitu etiket tidak sama dengan etika. Seorang yang membiasakan diri beretiket akan mencapai hidup yang etis, yang dapat dibenarkan dari segi etika. Menilai seseorang dapat berdasarkan etiket orang itu, maka etiket dapat dipakai sebagai ukuran (alat pengukur) moral seseorang. Etika ilmu yang membahas masalah etiket, dan etika merupakan filsafat tentang etiket, lebih tepatnya dalam Jawa disebut tata krama atau unggah-ungguh

 Etika sebagaimana telah dijelaskan di muka yaitu suatu ilmu yang membahas tentang arti baik dan buruk, benar dan salah kemudian manusia menggunakan akal dan hati nuraninya untuk mecapai tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sedangkan etiket berasal dari bahasa Perancis yaitu etiquette' semula artinya kartu undangan. Kartu undangan yang berlaku dikalangan raja-raja atau bangsawan. Dalam kartu itu

 disebutkan tata cara atau tata tertib, duduk di mana, mengenakan pakaian apa, bertempat duduk di sebelah mana dan sebagainya dalam sebuah pesta.

 Pengertian etiket makin lama berubah bukan hanya kartu undangan melainkan sebagai cara bicara, cara berpakaian, cara duduk dan seterusnya, sehingga menjadi kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang orang yang telah beradab. Dengan begitu etiket tidak sama dengan etika. Seorang yang membiasakan diri beretiket akan mencapai hidup yang etis, yang dapat dibenarkan dari segi etika. Menilai seseorang dapat berdasarkan etiket orang itu, maka etiket dapat dipakai sebagai ukuran (alat pengukur) moral seseorang. Etika ilmu yang membahas masalah etiket, dan etika merupakan filsafat tentang etiket, lebih tepatnya dalam Jawa disebut tata krama atau unggah-ungguh.

 Latar Belakang Munculnya Unggah-Ungguhing Basa

 Berabad-abad lamanya kebudayaan Hindu-Budha yang berasal dari India itu mempengaruhi tanah Jawa. Salah satu kebudayaannya yang disebarkan adalah melalui sarana bahasa yaitu bahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta ini mempengaruhi terhadap perkembangan sastra Jawa Kuna. Namun Kejayaan Hindu-Budha berangsur-angsur menyusut setelah kekuasaan kerajaan Majapahit berakhir.

 Sejak abad ke-15 dan 16, peradaban Islam Jawa mulai berkembang sejak berdirinya kerajaan Demak. Peradaban Hindu-Jawa Kuno dilanjutkan oleh peradaban Islam. Pada masa ini, Islam berkembang sangat pesat dan menjadi maju. Suatu kenyataan bahwa mistik, bahkan mistik

Jenis-jenis etika

 Berdasarkan penelitian ilmiah, etika terbagi menjadi dua jenis. Berikut jenis-jenis etika yang diakui oleh para peneliti di bidangnya.

  •  Etika filosofis

    Etika filosofis muncul dari pemikiran manusia yang mencari sumber-sumber moral kehidupan manusia. Pencarian sumber kemudian dipindahkan ke kehidupan sosial.

    Sifat etika filosofis adalah sebagai berikut:

    - Empiris
    Etika empiris berarti memasuki cabang filsafat yang mengkaji terutama tingkah laku dan hukum-hukum yang berlaku khusus di tengah-tengah masyarakat. Di bidang ini, Hukum Masyarakat yang berlaku diperiksa secara khusus.

    - Tidak empiris
    Etika bersifat non-empiris dalam etika filosofis karena bidang itu berusaha melampaui hal-hal yang konkrit. Pencariannya tampaknya mengeksplorasi segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang nyata. Misalnya, meneliti alasan mengapa seseorang harus ditolak jika dia hamil di luar nikah, dll.

 

  • Etika Teologis
    Jenis etika lainnya adalah etika teologis. Etika ini pada hakekatnya merupakan kajian terhadap unsur-unsur etika itu sendiri sampai masyarakat memahaminya.

    Etika teologis adalah contoh nyata dalam kekristenan. Dalam agama ini, etika muncul dari asumsi tentang Tuhan atau ketuhanan. Etika berdasarkan kepemimpinan Kristen mengacu pada pemeriksaan standar moral yang berasal dari kitab suci yang diyakini berasal langsung dari Tuhan atau ketuhanan.
    Kedua etika di atas memancing perdebatan antara ahli etika filosofis dan teologis. Ada tiga debat terkenal di dunia yaitu sebagai berikut.

  • Revisionisme
    Revisionisme yang terkenal itu didasarkan pada pernyataan Agustinus bahwa etika teologis bertugas untuk merevisi atau mengoreksi dan memperbaiki etika filsafat.

  • Perpaduan
    Pembahasan kedua dikenal dengan istilah sintetik. Jawaban di Zaman Sintesis berasal dari pernyataan Thomas Aquinas (1225-1274). Dia menyatakan bahwa etika teologis dan filosofis adalah hasil sintesis dari suatu entitas yang ingin mempertahankan identitasnya sendiri.

  •  Diaparalelisme
    Jawaban berikutnya tentang etika datang dari F.E.D. Oleh Schleiermacher (1768-1834). Dia menyebut fenomena paralel etika teologis dan filosofis. Keduanya diumpamakan sebagai sepasang rel kereta api, saling memberi kekuatan untuk memperlancar kehidupan manusia dengan mencari kenyamanan hidup bersama.

Keselarasan dalam etika Jawa

 Etika Jawa menekankan keselarasan dalam segala aspek kehidupan, salah satunya dengan alam. Orang Jawa yang ideal adalah mereka yang mengerjakan kewajiban terlebih dahulu dan tidak menuntut hak. Kerukunan di Jawa lebih mengutamakan keharmonisan sosial daripada keharmonisan pribadi, artinya semakin besar komunitas, semakin kecil kepentingan kelompok-kelompok kecil di dalamnya.

 Kekuasaan dalam etika Jawa

 Etika Jawa menekankan penghormatan terhadap segala sesuatu karena segala sesuatu di dunia adalah percikan substansi ketuhanan. Rasa hormat ini melampaui rasa hormat berdasarkan posisi hierarkis institusi. Oleh karena itu, penghormatan terhadap raja sebenarnya didasarkan pada keyakinan bahwa raja adalah wakil Tuhan untuk melaksanakan tatanan dunia sesuai dengan kehendak Tuhan dan ketika raja tidak menunaikan misinya untuk kebaikan bangsa karena lebih memilih untuk memenuhinya. itu keinginan pribadi. , lalu dia kehilangan legitimasi. kekuatan rakyat.

 Penting nya etika dalah kehidupan
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan kehidupannya selalu bersinggungan dengan manusia lainnya. Setiap orang memiliki karakteristik dan kebiasaan yang berbeda. Oleh karena itu, seseorang harus baik dalam kehidupan bermasyarakat agar tidak menyakiti atau merugikan orang lain. Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya etika dalam kehidupan.

 Manusia tentu tidak hidup untuk mencari musuh. Setiap orang hidup dengan tujuan yang sama, perdamaian dan persaudaraan. Etika adalah seperangkat aturan yang membimbing dan mengajarkan seseorang bagaimana berperilaku. Etika membuat orang bersikap sopan dan adil kepada semua orang.
belajar tentang lingkungan    

 Padahal, etika tidak harus diajarkan secara terpisah dan terpisah. Etika dibentuk dan dipelajari dalam keluarga itu sendiri, di sekolah, di opini publik, dan di ruang publik. Namun, ini sama sekali tidak menjamin bahwa seseorang akan menerima pelajaran etika yang positif.

Seseorang yang hidup dan tumbuh di lingkungan yang "buruk" akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang beretika. Orang ini bebas bertindak sesuka hatinya tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Dia hanya berpikir bahwa apa yang dia lakukan pasti baik untuknya meskipun itu tidak baik untuk orang lain.

Inti dari semua pelajaran etika adalah bagaimana menghargai orang lain dan tidak hanya memikirkan diri sendiri. Masalah etika adalah masalah yang sensitif. Etika membimbing orang untuk hidup benar dengan cara yang dibenarkan oleh semua.

Manfaat mempelajari etika

 

Kajian etika memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut.

 

  • Etika membuat seseorang lebih menghargai individu lain karena muncul pemikiran "bagaimana jika saya jadi dia". Meskipun terkesan kuno, menempatkan diri pada posisi orang lain memungkinkan seseorang memprediksi tindakan yang akan dilakukan orang lain saat mengalami peristiwa tertentu. Misalnya saat kamu memukul pacar atau mencuri pacar teman.

  • Etika membuat seseorang memahami arti hidup. Bayangkan Anda adalah seseorang yang dibenci orang lain. Ingatlah bahwa segala sesuatu yang hidup di dunia ini tidak terpisah dari Anda. Anda akan menjadi orang yang paling sedih dan kesepian ketika Anda tidak bisa membawa diri sendiri. Dalam etika Anda lebih memahami betapa pentingnya segala sesuatu di sekitar Anda.

  • Etika mengajarkan seseorang untuk bertindak secara sadar. Dengan kesadaran ini, seseorang mengetahui apa yang harus dilakukan dan menghindari apa yang tidak boleh dilakukan.

  • Etika membuat seseorang memprioritaskan hal-hal yang lebih penting. Etika dalam hal ini erat kaitannya dengan hati nurani. Misalnya, Anda melihat mobil menabrak seseorang dan sudah waktunya makan siang. Manakah dari dua minat ini yang akan Anda kejar terlebih dahulu? Dengan mempelajari etika, Anda bisa membantu korban kecelakaan daripada mendahulukan perut.

 

Sekali lagi, etika adalah hal terpenting dalam hidup. Dalam etika Anda bisa keras kepala dan berpegang pada aturan.

Apa yang terjadi jika seseorang tidak mempunyai etika ?

 

  • Akan dijauhi oleh masyarakat
    jika kita tida mempunyai etika dalam kehidupan sehari-hari kita akan dijauhi oleh orang sekitar karna kita cenderung bebas dan tidak sopan,
    dengan adanya etika kita mempunyai yang nama nya adab dan Batasan dalam bergaul.

  • Tidak disukai oleh orang sekitar
  • Jika seseorang tida menerapkan etika dalam kehidupannya, maka hari-harinya akan sulit karna orang-orang tidak menyukainya.

    orang yang tida punya etika cenderung dijauhi dan dibenci, juga jika mereka ingin membangun sebuah hubungan seperti kerja, teman, dll akan selalu gagal.


 

Sumber Etika Jawa

 

Etika Jawa termasuk dalam beberapa karya peninggalan Jawa seperti epos Mahabarata, Ramayana atau karya mitologi lainnya. Selain itu, masih banyak bentuk karya lain yang mengandung ajaran etika Jawa, mulai dari lagu, cerita rakyat, peribahasa, slogan-slogan tertentu hingga nasihat sederhana yang sering diucapkan orang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ritual-ritual slametik yang sarat dengan simbol-simbol bermakna sebagai pedoman hidup, dapat dimanfaatkan untuk mengkaji sumber-sumber etika yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa Slogan Etika Jawa

 

  • Eling dan kewaspadaan, yaitu. sikap moderat dan kritis terhadap fenomena yang sedang berlangsung, sehingga keadaan tidak begitu mudah mempengaruhi dirinya.

  • Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, yaitu sikap penuh tanggung jawab, bertindak bukan karena keinginan tetapi karena kebaikan. -Andhap Asor (sikap rendah hati).

  • Rila, yang merupakan sikap lurus Sang Pencipta.

  • Nrima, yaitu cara hidup yang tidak memaksakan kehendak atau tidak ambisius.

  • Sabar (tidak ada sikap tergesa-gesa, penuh perhitungan dalam bertindak agar tidak terjadi kecelakaan) Salah satu ciri orang yang sabar adalah orang yang mengambil jalan penuh pertimbangan saat mengambil keputusan.

  • Ojo Dumeh. Gotong Royong, yaitu sikap memberi kesempatan kepada orang lain untuk membantu dan sikap sendiri senang membantu dan bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan.

 

Etika Wayang

 

Masyarakat Jawa adalah rumah bagi dua tradisi wayang mitologi penting, yaitu Mahabharata dan Ramayana. Gede Samba, penafsir cerita Mahabharata dan Ramayana, mengatakan bahwa kedua epos tersebut harus dilihat sebagai mitologi bukan sejarah. Kisah-kisah, karakter masing-masing tokoh dalam epos Mahabharata dan Ramayana, termasuk perang yang muncul di dalamnya, harus dilihat sebagai cerita yang ada pada setiap orang, pada orang, bukan sebagai cerita antar individu.

Setiap peristiwa, misalnya perang, adalah perang yang pertama kali terjadi pada manusia, bukan perang antar manusia. Misalnya perang antara Kurawa dan Pandawa adalah perang antara sifat buruk dan sifat baik seseorang, maka perang yang paling tepat adalah perang melawan sifat jahat seseorang, bukan melawan pihak (orang) lain) yang harus dimusnahkan. Etika Jawa menghindari perang antar individu dan kelompok karena masyarakat harus hidup rukun. Ketika keharmonisan mulai menurun dari suatu masyarakat, orang pertama-tama harus melihat diri mereka sendiri apa yang salah dengan mereka.

Wayang sebagai media pendidikan watak

 

Wayang merupakan salah satu alat pembentuk karakter orang Jawa. Wayang tidak mengajarkan etika dalam indoktrinasi (harus dengan satu atau lain cara), tetapi memberikan kebebasan kepada penonton untuk menafsirkan setiap cerita secara terbuka. Wayang tidak menyampaikan nilai-nilai secara teoritis, tetapi secara konkrit dalam cerita atau lakon tertentu. Melalui adegan-adegan yang lucu, mengharukan, hangat dan marah, menyentuh hati masyarakat, wayang merupakan sarana pendidikan karakter yang sempurna, namun dianggap informal. Nilai etika wayang tidak dapat dipisahkan dari filosofi, religi bahkan estetika, karena nilai etika yang terkandung erat kaitannya dengan nilai tersebut.

 

Contoh lagu wayang populer di jawa

 

  • Dewa Ruci
  • Arjunawiwaha.
  • Bhagawad Gita.


 

Etika meliputi hal-hal berikut :

 

  • Bagaimana menjalani kehidupan yang baik
  • Hak dan Tanggung Jawab Kami
  • Bahasa yang benar dan salah
  • Pilihan moral - apa yang baik dan apa yang buruk? Etika berasal dari agama, filsafat dan budaya. Mereka menghasilkan diskusi tentang topik-topik seperti aborsi, hak asasi manusia dan perilaku profesional.

 


Pendekatan etika 

 

Filsuf kontemporer cenderung membagi teori etika menjadi tiga bidang:

 

  • Meta etika, etika normatif dan etika terapan.
  • Metaetika berurusan dengan sifat penilaian moral. Ini meneliti asal dan pentingnya prinsip-prinsip etika.
  • Etika normatif menyangkut isi penilaian moral dan kriteria untuk apa yang benar atau salah.
  • Etika terapan meneliti topik kontroversial seperti perang, hak-hak binatang, dan hukuman mati

 

 

Apa gunanya etika?

 

Praktek etis sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari karena mempengaruhi perilaku masyarakat. Beberapa filsuf percaya bahwa etika memiliki peran ini. Mereka berpendapat bahwa jika seseorang sadar melakukan atau memilih hal yang baik secara moral, tidak ada gunanya tidak melakukannya.

 

Tetapi orang sering berperilaku tidak rasional - mereka mengikuti "naluri" mereka bahkan ketika alasan mereka menyarankan tindakan yang berbeda. Namun, etika adalah alat yang baik dan memandu pemikiran seseorang tentang masalah moral.

Etika adalah peta moral

 

Sebagian besar masalah moral sangat menggairahkan kita - pertama-tama pikirkan tentang aborsi dan eutanasia. Karena ini adalah topik yang sangat emosional, kita sering membiarkan hati kita bertengkar sementara otak kita mengikuti arus.

 

Tetapi ada cara lain untuk mengatasi masalah ini, dan di sinilah para filsuf dapat campur tangan - mereka memberi kita aturan dan prinsip etis yang membantu kita melihat masalah moral dengan lebih baik.

 

Jadi etika adalah sesuatu yang memberi kita peta moral, kerangka kerja yang membantu kita menemukan jalan keluar dari masalah yang sulit.

 

 

Etika dapat menunjukkan perbedaan pendapat

 

Dengan menggunakan kerangka etis, dua orang yang memperdebatkan masalah moral sering kali menemukan bahwa mereka hanya tidak setuju pada bagian tertentu dari masalah tersebut dan bahwa mereka secara luas setuju pada hal lainnya. Argumen tersebut dapat mencakup beberapa poin dan terkadang bahkan menyarankan cara agar mereka dapat menyelesaikan masalah mereka. Namun terkadang etika tidak memberikan bantuan yang mereka inginkan.

Etika tidak memberikan jawaban yang benar

 

Etika tidak selalu memberikan jawaban yang benar atas masalah moral. Nyatanya, semakin banyak orang percaya bahwa banyak masalah etika tidak memiliki jawaban yang benar - hanya seperangkat prinsip yang dapat diterapkan pada kasus tertentu untuk memandu beberapa keputusan yang jelas.

 

Beberapa filsuf melangkah lebih jauh dan mengatakan bahwa semua etika adalah yang menghilangkan kebingungan dan memperjelas sesuatu. Setelah itu, terserah setiap orang untuk menarik kesimpulan mereka sendiri.

Etika dapat menawarkan beberapa jawaban

 

Banyak orang menginginkan jawaban yang benar untuk pertanyaan etis. Mereka mengalami kesulitan hidup dengan ambiguitas moral karena mereka benar-benar ingin melakukan "hal yang benar", dan bahkan jika mereka tidak mengerti apa itu hal yang benar, mereka menyukai gagasan bahwa ada jawaban yang benar "di suatu tempat".

 

Tetapi seringkali tidak ada satu jawaban yang benar - mungkin ada beberapa jawaban yang benar atau hanya beberapa yang terburuk - dan individu harus memilih di antara jawaban tersebut.

 

 

  • Menurut para arkeolog
    Para arkeologlah yang pertama kali mengemukakan teori tentang asal usul suku Jawa. Mereka percaya bahwa nenek moyang orang Jawa adalah penduduk asli yang hidup di pulau ini jutaan tahun yang lalu.

    Berdasarkan berbagai penelitian, para arkeolog telah menemukan beberapa fosil manusia purba yang diduga merupakan asal usul suku Jawa seperti Pithecanthropus Erectus dan Homo Erectus. Tes DNA dilakukan pada fosil menurut standar modern, menurut hasil DNA tidak banyak perbedaan di antara keduanya. Para arkeolog akhirnya percaya bahwa inilah asal usul suku Jawa.

  •  Menurut sejarawan
    Bertentangan dengan kesimpulan para arkeolog. Sejarawan percaya bahwa suku Jawa adalah keturunan dari orang Yunan dari Cina. Sejarawan Belanda, Prof. dr. H. Kern mengungkapkan penelitiannya pada tahun 1899. Disebutkannya, bahasa daerah di Indonesia itu mirip.

    Ia kemudian menyimpulkan bahwa bahasa tersebut berasal dari rumpun leluhur yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Sejarawan percaya bahwa inilah asal muasal kemunculan suku Jawa.

  • Babad Tanah Jawa
    Orang Jawa konon berasal dari kerajaan Keling atau Kalingga di selatan India. Salah satu pangeran kerajaan Keling, yang diusir karena perebutan kekuasaan, meninggalkan kerajaan dan keturunannya mengikutinya.

    Pangeran Keling mengembara sangat jauh dari kerajaan. Belakangan Pangeran Keling menemukan pulau kecil tak berpenghuni dan bekerja sama dengan para pengikutnya untuk mendirikan koloni yang kemudian disebut Javacekwara. Oleh karena itu, keturunan pangeran dan keturunannya dianggap sebagai nenek moyang suku Jawa.

  • Surat-surat lama dari Keraton Malang
    Surat kuno ini menceritakan asal usul orang Jawa yang hidup pada tahun 450 SM. SM berasal dari Kekaisaran Turki. Raja Turki mengirim rakyatnya untuk mengembara dan membangun wilayahnya yang tak berpenghuni.

    Akhirnya mereka menemukan tanah yang subur dan memiliki berbagai macam makanan. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang datang ke pulau ini dan akhirnya pulau tersebut diberi nama Tanah Jawi karena banyaknya tumbuhan Jawi di sana.

  • Prasasti kuno India
    Asal usul orang Jawa kali ini menyebutkan bahwa pada zaman dahulu beberapa pulau di kepulauan Indonesia menyatu dengan daratan Asia dan Australia. Hingga terjadi bencana alam yang menyebabkan naiknya permukaan laut, membanjiri beberapa daratan dan memisahkan pulau-pulau tersebut dari benua sehingga tercipta pulau-pulau baru seperti Pulau Jawa.

 

Menurut tulisan India kuno ini, Aji Saka adalah orang pertama yang menemukan tanah Jawa dan pertama kali menginjakkannya, oleh karena itu Aji Saka beserta para pengawal dan pengikutnya dianggap sebagai nenek moyang suku Jawa.

 

Selain sejarah, masyarakat Jawa juga memiliki kebudayaan yang diyakini sebagai peninggalan nenek moyangnya, antara lain:

  •  Boneka Bayangan
    Wayang kulit telah menjadi ikon Jawa. Pertunjukan wayang kulit dilakukan sepanjang malam, wayang kulit juga ditampilkan dengan cerita khas suku Jawa seperti Mahabharata atau Ramayana.

    Sebagai pelengkap teater wayang kulit, dibawakan oleh seorang dalang dengan diiringi musik gamelan khas Jawa dan tembang sorot dari Sinden. Wayang Kulit juga diyakini telah menciptakan dan mempopulerkan Wali Songo. Wali Songo adalah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Wali Songo membutuhkan media dakwah yang bisa menjangkau semua kalangan.

  • Senjata tradisional
    Orang Jawa juga dikenal dengan senjatanya yang memiliki arti berbeda dan bentuk yang unik. Salah satu senjata khas Jawa adalah keris. Keris merupakan pusaka yang sangat penting yang juga konon memiliki kesaktian. Keris tersebut dibuat oleh Mpu yang ditempa dan diisi dengan mantra. Salah satu keris yang melegenda adalah keris Mpu Gandring dalam cerita Ken Arok karena mampu menjadikannya penguasa kerajaan Singasari.

  • Tari tradisional
    Beberapa tarian Jawa yang sangat digemari saat ini, seperti Sintren, Bedhaya, Kuda Lumping, dan Reog, berisi gerakan-gerakan yang anggun hingga cepat. Tarian ini biasanya dilakukan pada saat upacara adat atau acara lainnya seperti menerima tamu.

  • Instrumen Tradisional
    Alat musik tradisional Jawa adalah gamelan, semua musik Jawa tercipta dari bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh gamelan. Gamelan merupakan gabungan dari beberapa alat musik seperti gendang, gong, kenong, bonang, kempul, gambang, slenthem dan lain-lain. Gamelan digunakan oleh Wali Songo pada zaman dahulu untuk menyebarkan agama Islam.

  • Bahasa dan tulisan Jawa
    Orang Jawa memiliki bahasa dan tulisan yang telah ada selama ratusan tahun. Java juga memiliki beberapa lapisan untuk komunikasi sehari-hari. Tingkatan itu adalah ngoko, bahasa yang agak kasar untuk orang yang lebih rendah derajatnya, kemudian krama madya yaitu bahasa Jawa untuk orang yang sederajat, dan krama inggil untuk orang yang lebih tua atau terpandang.
    Bahasa Jawa memiliki 20 huruf yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ja, nya, ma, ga, ba, tha, nga. Intinya ada dua utusan yang setia satu sama lain, saling bertarung sama kuat dan mematikan.

 

 

  • Budaya Jawa
    Budaya Kejawen merupakan budaya yang cukup terkenal terkait dengan suku Jawa. Budaya Kejawen ini mengajarkan perpaduan adat, budaya, pandangan sosial, dan filosofi Jawa. Ajaran kejawen hampir mirip dengan agama yang mengajarkan spiritualitas Jawa kepada penciptanya.

 

 

Sebelum hindu dan budha masuk ke indonesia pada masa lampau, indonesia menurut para sejarahwan di catat telah memiliki keyakinan asli yaitu Animisme dan Dinamisme. Menurut Bernard H.K Vlekke misalnya, unsur-unsur agama indonesia sebelum kedatangan Hindu dan Budha ada dua. Pertama adanya keyakinan panteistik bahwa segala sesuatu dan segala makhluk hidup punya jiwa. Kedua adanya keyakinan keberadaan jiwa personal yang mendiami manusia seumur hidup. Sementara itu menurut Agus Aris Munandar, religi penduduk kepulauan nusantara masa prasejarah-proto sejarah adalah pemujaan terhadap arwah leluhur (ancestor wordship) yang berpangkal pada konsep primus interpares.

 

Kajian tersebut ternyata sangat berbeda dengan kajian yang didasarkan pada riset filologis. Kajian riset ini pernah dilakukan oleh Prof.H.Kern dalam mencari objek, pekerjaan, dan adat istiadat yang dikenal orang melayu asli berdasar, perbendaharaan kata asli bahasa melayu dengfan menghapus semua istilah yang diimpor kemudian. Kajian sejarah dan arkeologis dalam mencari sistem religi asli penduduk kepulauan nusantara jika dibandingkan dengan kajian riset filologis, menjadi semacam hipotesa yang tidak memiliki landasan yang kuat.

 

Dalam kajian filologis, jawa kuna sebelum hindu dan budha masuk dengan seperangkat sistem pejabat otoritasnya, yang mengabdikan diri pada kehidupan sesuai ajaran tersebut, seperti misalnya pandita, brahmana, rsi,muni,biksu. Telah ada pejabat otoritas sejenis asli jawa kuna.

 Pejabat otoritas tersebut dengan wiku, menurut Zoetmulder wiku adalah kata asli jawa kuna yang merujuk pada arti orang bersetatus atau berfungsi religius, orang mengabdikan diri pada kehidupan relegi, orang suci, pertapa, pendeta, biarawan, biarawti, pertapa laki-laki dan wanit. Keberadaan wiku tersebut menunjukan jika ada seperangkat nilai atau ajaran asli jawa kuna yang membuat para wiku tersebut mengabdikan diri untuknya.

 Masuknya hindu bukan sebagai agama tapi sebagai etika

 

Masuknya hindu secara umum dicatat dalam tantu panggelaran, dikisahkan seorang brahmana dari india sang hyang tken-wuwung dicatat ikut dalam pemindahan gunung mahameru ke jawa. Namaun brahmana yang melaksanakan agama sesuai weda tersebut, ternyata tidak diminta ikut dengan kemauan sendiri mengikuti kepergian sang hyang mahameru dengan cara terbang. 

 

Daftar Pustaka :

Pengertian etika : https://www.ilmubahasa.net/pengertian-etika/
pengertian etika menurut  para ahli : https://www.liputan6.com/hot/read/4624218/pengertian-etika-secara-etimologis-dan-terminologis-simak-penjelasan-para-ahli
Mengenal suku jawa,sejarah,dan kebudayaanya: https://travel.detik.com/travel-news/d-4921040/mengenal-suku-jawa-sejarah-dan-kebudayaannya

 

Etika dalam kehidupan : https://www.pinhome.id/blog/etika-dalam-kehidupan/

 

Tingkatan Bahasa suku jawa : https://www.walisongo.co.id/artikel/tingkatan-bahasa-jawa/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun