Unggah-Ungguh dalam Etika Jawa
 Unggah-Ungguh merupakan bagian dari etika atau disebut sebagai etika terapan. Karena lebih cenderung pada perilaku atau merupakan salah satu implementasi dari teori-teori etika secara umum, maka unggah-ungguh disebut sebagai etika. Di depan telah disinggung bahwa etika pada umumnya dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Untuk menghindari kesalahpahaman perlu dijelaskan terlebih dahulu perbedaan antara etika dengan etiket.
 undangan yang berlaku dikalangan raja-raja atau bangsawan. Dalam kartu itu disebutkan tata cara atau tata tertib, duduk di mana, mengenakan pakaian apa, bertempat duduk di sebelah mana dan sebagainya dalam sebuah pesta.
 Pengertian etiket makin lama berubah bukan hanya kartu undangan melainkan sebagai cara bicara, cara berpakaian, cara duduk dan seterusnya, sehingga menjadi kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang orang yang telah beradab. Dengan begitu etiket tidak sama dengan etika. Seorang yang membiasakan diri beretiket akan mencapai hidup yang etis, yang dapat dibenarkan dari segi etika. Menilai seseorang dapat berdasarkan etiket orang itu, maka etiket dapat dipakai sebagai ukuran (alat pengukur) moral seseorang. Etika ilmu yang membahas masalah etiket, dan etika merupakan filsafat tentang etiket, lebih tepatnya dalam Jawa disebut tata krama atau unggah-ungguh
 Etika sebagaimana telah dijelaskan di muka yaitu suatu ilmu yang membahas tentang arti baik dan buruk, benar dan salah kemudian manusia menggunakan akal dan hati nuraninya untuk mecapai tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Sedangkan etiket berasal dari bahasa Perancis yaitu etiquette' semula artinya kartu undangan. Kartu undangan yang berlaku dikalangan raja-raja atau bangsawan. Dalam kartu itu
 disebutkan tata cara atau tata tertib, duduk di mana, mengenakan pakaian apa, bertempat duduk di sebelah mana dan sebagainya dalam sebuah pesta.
 Pengertian etiket makin lama berubah bukan hanya kartu undangan melainkan sebagai cara bicara, cara berpakaian, cara duduk dan seterusnya, sehingga menjadi kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang orang yang telah beradab. Dengan begitu etiket tidak sama dengan etika. Seorang yang membiasakan diri beretiket akan mencapai hidup yang etis, yang dapat dibenarkan dari segi etika. Menilai seseorang dapat berdasarkan etiket orang itu, maka etiket dapat dipakai sebagai ukuran (alat pengukur) moral seseorang. Etika ilmu yang membahas masalah etiket, dan etika merupakan filsafat tentang etiket, lebih tepatnya dalam Jawa disebut tata krama atau unggah-ungguh.
 Latar Belakang Munculnya Unggah-Ungguhing Basa
 Berabad-abad lamanya kebudayaan Hindu-Budha yang berasal dari India itu mempengaruhi tanah Jawa. Salah satu kebudayaannya yang disebarkan adalah melalui sarana bahasa yaitu bahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta ini mempengaruhi terhadap perkembangan sastra Jawa Kuna. Namun Kejayaan Hindu-Budha berangsur-angsur menyusut setelah kekuasaan kerajaan Majapahit berakhir.
 Sejak abad ke-15 dan 16, peradaban Islam Jawa mulai berkembang sejak berdirinya kerajaan Demak. Peradaban Hindu-Jawa Kuno dilanjutkan oleh peradaban Islam. Pada masa ini, Islam berkembang sangat pesat dan menjadi maju. Suatu kenyataan bahwa mistik, bahkan mistik
Jenis-jenis etika