Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuh Berantai di Moonchunk Street

27 Desember 2018   11:11 Diperbarui: 27 Desember 2018   17:42 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.shutterstock.com | woman silhouette walk on street pag city

Keterangan yang berikutnya ini bisa disebut keterangan palsu dariku.

"Setelah dipukul dari belakang, saya tidak segera pingsan. Saat nanar, saya melihat seorang pria bercelana jeans berkaos hijau lewat di samping saya dan membekap Fitri. Saya tidak tahan peningnya dan jatuh pingsan."

Bisa jadi, itu adalah hasil rekaanku setelah terbangun di puskesmas. Saat itu aku tidak ingat betul apa yang terjadi sebelumnya, juga kepalaku masih terasa berat dan sakit. Aku kesulitan mengingat-ingat dan rancu dengan halusinasi yang mungkin terjadi akibat obat yang disuntikkan ke tubuhku.

Karena tidak cukup bukti, Fitri diizinkan pulang.

***

Aku curiga pada ibu dengan beberapa ceritanya agak janggal. Misalnya, ia mengatakan bahwa ia yang menelepon dan memanggil polisi ke tempat kejadian. Ia sendiri datang ke situ karena khawatir keselamatanku lalu menyusul. Padahal dari waktunya, yang aku periksa di ponsel, periode antara aku menelepon temanku Dina yang memiliki flashdisk dan saat ibu menelepon polisi sedemikian pas, hanya cukup kalau ibu menguntitku, yang berarti ibu mengetahui semua yang terjadi di tempat kejadian.

Ketika ibu sedang keluar rumah cukup lama, aku memeriksa kamarnya. Lemarinya terkunci tapi persiapanku sudah cukup matang, aku membukanya dengan kunci duplikat yang kuminta tukang kunci membuatkan sebelumnya.

Di lemari itu kudapati semua barang bukti yang digunakan oleh pembunuh berantai terutama pushpin berkepala merah. Senjata yang digunakan adalah tiga pisau terbang yaitu semacam belati yang  memiliki pegas di dalam gagangnya. Apabila tombol digagangnya ditekan, bilah belati melesat terbang karena didorong oleh tenaga pegas. Tekanannya sangat kuat, bilah belati itu bisa menancap cukup dalam di papan. Ada sebuah tang yang kuduga digunakannya untuk mencabut bilah belati dari tubuh korban setiap kali ia selesai membunuh.

Ketika ibu pulang, aku ceritakan semua perkembangan kasusnya. Ia mengakuinya. Aku memintanya memusnahkan semua barang bukti. Perhitunganku, tanpa  tindakan vigilante ibu lebih lanjut maka heboh pembunuhan berantai otomatis berhenti, berarti tidak akan ada tersangka baru kecuali polisi bisa membongkar rahasia pembunuhan yang telah terjadi sebelum ini.

Ibu setuju dan kami akan membuang semua barang bukti ke laut.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun