Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuh Berantai di Moonchunk Street

27 Desember 2018   11:11 Diperbarui: 27 Desember 2018   17:42 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.shutterstock.com | woman silhouette walk on street pag city

"Istirahatlah dulu. Minum dan makan bubur dan obat."

"Obat?"

"Mungkin antibiotika dan penahan nyeri."

Selesai makan dan minum, aku tidak sabar lagi mendengarkan ibu bercerita.

Gadis berjilbab itu bernama Fitri, tinggal di Jalan Mundu, sudah diperiksa polisi. Menurut pemeriksaan polisi, Fitri memukul bekakang kepalaku menggunakan sepotong kayu kemudian membunuh pria anggota geng Sunset itu, dan akhinya membius dirinya sendiri dengan membekap hidungnya menggunakan saputangan yang sudah dibasahi dengan chloroform. Maksudnya agar orang mengira bahwa pembunuh berantai memukul kepalaku, kemudian membius dia, dan terakhir baru membunuh pria anggota geng. Tapi di pentungan ada sisik jarinya, dan saputangan yang berchloroform itu berada ditangannya.

***

Cerita itu sedikit membingungkanku dan mengundang rasa penasaran, maka aku mengunjungi rumah Fitri. Aku bertemu ibunya, sedang Fitri masih di rumah tahanan polisi.

Pada awalnya Bu Warmi, begitu namanya, sangat tertutup dan enggan menceritakan yang dia tahu dan bisa jadi relevan dengan kasus ini. Tapi setelah ngobrol beberapa lama dan aku berhasil meyakinkan dia bahwa aku bisa membantunya membebaskan Fitri karena aku adalah saksi mata yang mendeteksi kejanggalan cerita hasil pemeriksaan, barulah Bu Warmi mau membuka cerita masa lampau kami yang mengejutkan.

Dua puluh tiga tahun lalu, ketika Retno, ibuku, mengandungku, Suwarno, ayahku berselingkuh dengan Warmi dan menghasilkan anak, yaitu Fitri yang delapan bulan lebih muda dariku. Mulanya, kepada Warmi, ayahku mengaku bujangan tapi itu tak berlangsung lama. Saat aku berumur enam bulan, ibu memergoki mereka. Ayah dan ibu bercerai, ayah lalu tinggal bersama Warmi. Pada saat Fitri berumur satu setengah tahun, ayah berangkat ke Malaysia sebagai tenaga kerja tapi tak pernah kembali dan tak ada beritanya lagi.

***

Pada pemeriksaan polisi, aku bisa meyakinkan mereka bahwa kepalaku dipukul dari belakang, sementara Fitri berada di depanku. Keterangan itu sesuai dengan pengakuan Fitri yang tidak tahu tentang keadaanku, tahu-tahu ia merasa dibekap dari belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun