Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuh Berantai di Moonchunk Street

27 Desember 2018   11:11 Diperbarui: 27 Desember 2018   17:42 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.shutterstock.com | woman silhouette walk on street pag city

Orang luar jangan lewat Moonchunk Street kalau tidak terpaksa atau memiliki keperluan mendesak. Begitu nasihat yang banyak diucapkan orang di sekitar tempat yang kumuh dan gelap itu. Tapi sebanyak itu pula korban pembunuhan kejam tetap berjatuhan di jalan maut sepanjang sekitar satu kilometer itu. Pelakunya diduga adalah orang atau kelompok yang sama karena dia atau mereka selalu meninggalkan jejak berupa pushpin (paku untuk papan buletin) berkepala merah yang ditancapkan di ujung hidung korban.

Moonchunk berarti potongan atau bongkahan bulan dan tidak ada di peta mana pun, yang ada adalah Jalan Muncang. Moonchunk (baca muncang) adalah ejaan yang mulanya muncul begitu saja di kalangan dua geng di jalan itu, Moonchunk Sunset di barat dan Muncang Wetan di timur.

Di sekitar itu tidak ada pohon Muncang. Dinamakan demikian karena di lingkungan itu semua nama-nama jalannya merupakan nama buah atau bunga yang dimulai dengan huruf "m", seperti: Maja, Mangga, Manggar, Manggis, Mantang, Mawar, Mayang, Melati, Melur, Mengkudu, Menteng, Mindi, Muncang, dan Mundu.

Kedua geng itu memang bermusuhan tapi sepakat bahwa pembunuh berantai yang misterius ini adalah pihak ketiga atau di luar kedua geng tersebut. Pada awalnya memang sempat terjadi kecurigaan bahwa ada anggota-anggota geng mereka yang saling berbalas menjarah pihak lawannya. Namun dari perkembangannya nampak bahwa korban agak acak, sulit dilihat polanya, kecuali korban bisa dinilai nakal, tidak baik, atau bahkan kriminal dan berani lewat Jalan Muncang. Sudah sembilan orang yang menjadi korban, tiga dari Sunset, empat dari Wetan, dan dua bukan anggota kedua geng itu.

Lambatnya pemecahan masalah oleh kepolisian menyebabkan simpang siurnya cerita dan penafsiran di kalangan warga sekitar. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah perbuatan salah satu anggota geng yang lepas kontrol dan bermain solo. Ada lagi yang berpendapat akan adanya geng ketiga yang menunggu tampil untuk menggeser kedua geng yang ada. Bahkan ada yang berteori bahwa aparatlah yang bertindak diam-diam membersihkan kriminal yang tak ada takutnya menghadapi hukum. Namun yang paling banyak dipercaya adalah rumor adanya sekelompok warga yang menegakkan keadilan dengan cara mereka sendiri, semacam vigilante justice.

***

"Ririn, kamu mau ke mana malam-malam seperti ini? Sunset bahaya, tau?"

"Aduh bu, ini emerjensi. Ririn mau ngambil plesdis di rumah Dina, ada spek orderan di dalamnya. Dia gak bisa aplot karena kompi-nya ngadat."

"Oke, jangan lupa bawa semprotan merica ya?"

"Okidoki."

Terus terang bukan ibu saja yang khawatir, aku juga yang asli warga Wetan agak keder melarut dalam kegelapan yang sunyi sepi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun