"Ya."
"Teruskan hubunganmu dengan Susi. Â Kalau kamu memang menderita, terpaksanya harus mati karena hal itu, berbanggalah, karena kamu sedang berjuang untuk sebuah kebaikan..."
"....?"
"Camkan ini, dari pada kamu sengsara dan mati karena kejahatan, lebih baik kamu mati untuk sebuah kebaikan."
"Ya, ya aku tahu pak, aku tahu..."
Tiba-tiba saja Danang berdiri. Segera saja tangannya disodorkan ke arahku. Â Kujabat tangan itu dengan tangan kananku. Â Matanya menatapku, kulihat ada semangat menggelora. Â Bibirnya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, namun akhirnya kudengar sebuah ucapan terima kasih, walau sangat pelan.
Bulan-bulan kemudian aku tidak bertemu dengan Pak Kusmin. Â Apakah jadi ia menikahkan Susi dengan Danang. Â Sampai akhir tahun kemarin, aku memang tidak menerima undangan pernikahan mereka. Â Mungkinkah batal, atau sudah berlangsung namun dirahasiakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H