Jika sampai gagal pertemuan ini, Â kemungkinan besar Danang akan dibunuh oleh Alex. Ketika datang ke rumah tempo hari, Pak Kusmin, rekan sejawat yang menurutku memiliki rumah tangga yang harmonis dan dua anak putri yang cantik-cantik ini, menunjukkan secarik surat yang bernada ancaman dari Alex. Â
Surat itu ditulis dengan tangan. Â Aku hapal betul bahwa tulisan tangan itu adalah tulisan Alex. Â Sebab waktu masih usia SD, untuk membantu anak-anak tetangga, aku membuka les segala macam. Â Jika itu berkenaan dengan pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa Jawa, maka akulah yang mengajar. Â
Apabila itu berkaitan dengan pelajaran matematika dan  IPA, Tutik istrikulah yang mengajar, karena ia guru di sebuah SMK bagian akuntansi. Â
Alex saat itu ikut belajar hingga kelas 6 SD. Â Samar-samar saja, sejak kecil memang kulihat agak berbeda dengan rekan lelakinya yang lain, dia sedikit gemulai, kusebut saja flamboyan. Â
Sejak ia sekolah SMP dan SMA, aku jarang sekali bertemu, paling seminggu atau dua minggu sekali. Â Kabarnya, untuk menghemat pengeluaran transportasi, Alex dikoskan oleh orang tuanya di kota.
"Saya terpaksa menuruti kemauannya karena takut," begitu kata Danang ketika kutanya mengapa ia berhubungan dengan Alex. Sudah berapa lama hubungan itu kalian lakukan? tanyaku pada pemuda dengan roman oval dan bersih ini. Â Jawabnya adalah sudah berlangsung 7 tahun.
"Saat itu saya kelas 1 SMA. Â Alex sering datang ke rumah." Jelas Danang dengan sesekali menatap mata saya. Â Selanjutnya dengan panjang lebar dia ceritakan peristiwanya. Â Â
"Hal ini saya anggap biasa karena Alex adalah teman Kelik kakak saya. Â Setiap kali Alex datang, dia berusaha berbicara berlama-lama dengan saya. Â Tidak itu saja, seolah dia tahu kebutuhan saya, dia selalu membawa barang-barang yang saya butuhkan untuk keperluan sekolah, mulai dari sepatu, buku, alat tulis dan lain-lain.
Saya tidak tahu, seolah dia banyak uang. Â Padahal dia hanya seorang karyawan bagian dapur sebuah PT Perkebunan Negara di kota kita ini yang baru dalam posisi PTT, pegawai tidak tetap, yang hasilnya mesti tidak seberapa. Â
Kemudian saya sering cerita hal-hal apa yang menjadi keinginan saya. Â Hampir pasti, tidak seberapa lama, keinginan itu akan segera dia penuhi. Kebaikannya saya rasakan melebihi kebaikan Kelik atau bahkan orang tua yang hanya menjadi buruh tani di desa.
Ketika saya bertanya dari mana uang ia dapatkan, Alex selalu bilang bahwa dia punya usaha sampingan yang saya tidak perlu tahu.Â