"Entahlah."
"Oke oke. Kuajak kau ke kampung paling puncak. Banyak orang bilang, gadis-gadis di sana mulus-mulus kayak bidadari."
Habis sarapan Alfin mengajak Dicky ke rumah pak de-nya. Beliau ahli perdukunan, termasuk ahli memberi petunjuk arah agar mendapat rizki atau agar cepat nemu jodoh. Dicky tidak tahu kalau Alfin masih percaya perdukunan. "Jam 10 yang pas buat cari jodoh ke arah barat daya," kata pak de-nya Alfin.
Tepat jam 10 mereka berangkat. "Langsung ke SMA 1 Wringin, Fin," pinta Dicky.
"Mau cari anak SMA?"
"Ayo sudah."
Setelah melalui jalanan yang berliku-liku, akhirnya mereka tiba juga di SMA 1 Wringin. "Ke warung depan itu," pinta Dicky. Kebetulan sedang sepi warungnya.
"Makan apa?" tanya ibu penjaga warung.
"Mau cari jodoh, Bu," kata Alfin, keceplosan. "Eh, salah. Soto aja, Bu."
"Kalau masih mau tungangan, banyak siswi yang cantik," kata ibu penjaga warung. "Kalau mau langsung nikah, juga banyak guru muda sekarang. Sebentar lagi pas istirahat sholat duhur biasanya banyak guru ke sini."
Dicky senang sekali mendengarnya. "Ibu kenal sama guru-guru di sini?"