ditetapkan. Akibatnya, uang panai tidak lagi sekedar simbol, tetapi menjadi tuntutan ekonomi yang memberatkan.
Rendahnya tingkat pendidikan sering kali membuat seseorang kurang mampu memahami alternatif solusi
untuk memenuhi kewajiban adat seperti uang panai ini. Selain itu, kurangnya pendidikan juga membatasi
kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dan tekanan sosial. Sehingga mereka cenderung mencari jalan
pintas, termasuk melakukan tindak kriminal. Ketidaktahuan tentang dampak hukum atau etika dari keputusan ini
juga sering menjadi faktor yang memperburuk situasi.
Kegagalan memenuhi uang panai dapat dianggap sebagai ketidakseriusan atau ketidaklayakan seorang pria
untuk membangun rumah tangga, yang tidak hanya mempengaruhi dirinya, tetapi juga keluarganya. Tingginya uang
panai yang dipandang sebagai kebanggaan keluarga justru berubah menjadi beban yang berpotensi memunculkan
konsekuensi negatif. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan budaya yang lebih fleksibel agar tradisi tetap
bermakna tanpa menjadi beban ekonomi yang mendorong tindakan kriminal.