Mohon tunggu...
suciramadhani
suciramadhani Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demi Uang Panai Seorang Pria di Maros Mencuri Besi Senilai 200 juta

6 Januari 2025   21:11 Diperbarui: 6 Januari 2025   20:16 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

ditetapkan. Akibatnya, uang panai tidak lagi sekedar simbol, tetapi menjadi tuntutan ekonomi yang memberatkan.

Rendahnya tingkat pendidikan sering kali membuat seseorang kurang mampu memahami alternatif solusi

untuk memenuhi kewajiban adat seperti uang panai ini. Selain itu, kurangnya pendidikan juga membatasi

kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dan tekanan sosial. Sehingga mereka cenderung mencari jalan

pintas, termasuk melakukan tindak kriminal. Ketidaktahuan tentang dampak hukum atau etika dari keputusan ini

juga sering menjadi faktor yang memperburuk situasi.

Kegagalan memenuhi uang panai dapat dianggap sebagai ketidakseriusan atau ketidaklayakan seorang pria

untuk membangun rumah tangga, yang tidak hanya mempengaruhi dirinya, tetapi juga keluarganya. Tingginya uang

panai yang dipandang sebagai kebanggaan keluarga justru berubah menjadi beban yang berpotensi memunculkan

konsekuensi negatif. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan budaya yang lebih fleksibel agar tradisi tetap

bermakna tanpa menjadi beban ekonomi yang mendorong tindakan kriminal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun