BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Manajemen Pemasaran
Pemasaran merupakan bagian yang sangat penting dalam perusahaan. Bagian pemasaran mempunyai tanggung jawab untuk konsumen ke dalam suatu rangkaian kegiatan yang terlaksanakan dengan baik. Kegiatan pemasaran dilakukan melalui sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses tersebut merupakan fungsi dari manajemen dalam kegiatan pemasaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. (Haryanto & Rudy, 2020)
Menurut Kotler dan Keller dalam (Yani, 2019) Pemasaran adalah proses sosial oleh individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui menciptakan, menawarkan, dan secara bebas bertukar produk dan layanan yang bernilai dengan orang lain.
Menurut hasan dalam (Lusinta et al., 2019) Pemasaran adalah proses mengidentifikasi, menciptakan dan mengkomunikasikan nilai, serta memelihara hubungan yang memuaskan pelanggan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. Sementara itu, Sudarsono (2020) menambahkan bahwa manajemen pemasaran melibatkan perencanaan, pengaturan, pengarahan, dan koordinasi kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Berdasarkan pandangan para ahli, manajemen pemasaran adalah aktivitas yang terencana dan sistematis, mencakup distribusi, penetapan harga, dan pengawasan kebijakan untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh posisi pasar yang kuat agar sasaran pemasaran tercapai.
2.1.1 Tujuan Manajemen Pemasaran
Tujuan utama manajemen pemasaran adalah menciptakan nilai bagi konsumen dan mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar. Menurut Meithiana Indrasari (2019) dalam (Laraswati, 2022), tujuan manajemen pemasaran sebagai berikut :
Menciptakan permintaan (demand), Permintaan adalah kegiatan menciptakan produk dengan meninjau preferensi dan selera konsumen terhadap barang atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Kepuasan pelanggan, yaitu memenuhi ekspektasi pelanggan dengan memberikan kesan terhadap nilai dari produk tersebut.
Meningkatkan dan memperluas pangsa pasar (market share) dari rasio penjualan terhadap total keuntungan penjualan.
Meningkatkan keuntungan pendapatan perusahaan dari hasil penjualan barang atau jasa yang dibutuhkan pelanggan.
Membangun citra produk yang baik kepada pelanggan dengan menciptakan barang yang berkualitas diikuti dengan harga yang bervariatif.
      Sedangkan menurut Gronroos dalam Tjiptono (2015) tujuan dari pemasaran adalah untuk menjalin, mengembangkan dan menjalin hubungan dengan pelanggan untuk jangka waktu yang panjang dengan sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak dapat terpenuhi.
Â
2.1.2 Fungsi Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berfungsi sebagai penggerak utama dalam mengidentifikasi peluang pasar, menciptakan strategi pemasaran yang efektif, serta mengimplementasikan dan mengevaluasi program pemasaran. Menurut Sudaryono dalam (Aisyah, 2022) sebagai berikut:
Fungsi Pertukaran
Dengan adanya pemasaran, pembeli dapat membeli produk dari produsen. Baik dengan menukar uang dengan produk maupun menukar produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.Pilihan Editor Pertukaran merupakan salah satu dari empat orang mendapatkan suatu produk.
Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan mengangkut serta menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen mendekati konsumen yang membutuhkan dengan banyak cara baik melalui air, darat, udara, dan sebagainya. Penyimpanan  produk mengedepankan upaya menjaga pasokan produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan.
Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat dilakukan melalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik.
      Aktivitas fungsi perantara antara lain pengurangan risiko, pembiayaan, pencarian informasi serta standarisasi dan penggolongan (klarifikasi) produk.
2.2 Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses yang dilalui seseoran ketika memilih antara berbagai alternatif yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka. Proses ini melibatkan serangkaian tahapan yang bertujuan untuk mengevaluasi informasi dan membuat pilihan yang dianggap paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan konsumen.
Menurut Kotler dan Keller (2016), pengambilan keputusan konsumen merupakan tahapan penting dalam perilaku konsumen, di mana mereka mengevaluasi berbagai produk atau jasa sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian.
2.2.1 Tahap Pengambilan Keputusan Konsumen
      Menurut Herjanto (2020) tahapan dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.
- Identifikasi masalah dan faktor-faktor yang terkait
- Kegiatan ini berupa identifikasi masalah secara jelas dan tepat, termasuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab dan memengaruhi hasil keputusan. Merupakan tahap yang penting karena kesalahan identifikasi dapat memengaruhi efektivitas pengambilan keputusan yang akan dibuat.
- Tetapkan tujuan dan kriteria keputusan untuk memilih solusi
- Tujuan dari suatu pengambilan keputusan dapat bermacam-macam, misalnya memaksimalkan keuntungan, penggunaan sumber daya yang minimal, memperluas pangsa pasar, mengalahkan pesaing, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Manajer harus menetapkan tujuan yang menjadi prioritas utama, serta kriteria keberhasilan dan ukurannya secara objektif.
- Kembangkan model dengan beberapa alternatifnya
- Kembangkan beberapa model yang menggambarkan situasi/keadaan yang diamati. Model dapat dibuat dalam bentuk fisik, skematik, atau matematis, dan harus diusahakan memuat unsur-unsur utama yang dapat mencerminkan keadaan nyata dari situasi yang diamati.
- Analisis model dan bandingkan
- Lakukan analisis terhadap model dan alternatifnya. Tahap ini merupakan pengembangan penyelesaian masalah untuk mencari kemungkinan berbagai jenis solusi yang dapat diambil.
- Pilih model terbaik
- Pilih solusi yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan realistis untuk diimplementasikan.
- Terapkan model terpilih
- Terapkan hasil keputusan dan lakukan penyesuaian seperlunya jika diperlukan. Tahap ini mencakup kegiatan memantau pelaksanaan keputusan untuk menjamin hasil yang dikehendaki tercapai.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Pengambilan Keputusan Konsumen
- Â Â Â Dalam pengambilan keputusan, terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi pilihan konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk (2015), faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
- Faktor Internal
- Faktor internal merupakan karakteristik yang berasal dari diri konsumen itu sendiri, seperti sikap, persepsi, motivasi, dan pengalaman sebelumnya. Dalam konteks ojek konvensional, persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan, keamanan, dan kenyamanan sangat menentukan keputusan mereka untuk menggunakan jasa ini. Pengalaman positif dari penggunaan sebelumnya juga dapat meningkatkan kecenderungan konsumen untuk memilih ojek konvensional kembali.
Â
- Faktor Eksternal
Faktor eksternal mencakup aspek-aspek di luar diri konsumen, seperti lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Di Mengker, Kabupaten Bogor, faktor eksternal yang terlibat dalam keputusan konsumen dalam menggunakan ojek konvensional termasuk kondisi infrastruktur, kemacetan lalu lintas, serta harga dan promosi yang ditawarkan oleh penyedia jasa. Selain itu, rekomendasi dari teman atau keluarga, serta kebijakan pemerintah terkait transportasi umum, juga berperan dalam proses pengambilan keputusan konsumen.
2.3 Lokasi
Lokasi adalah salah satu elemen penting dalam bauran pemasaran yang menentukan aksesibilitas dan kemudahan konsumen dalam memperoleh produk atau jasa. Lokasi yang strategis memudahkan konsumen untuk menjangkau penyedia jasa dan memberikan nilai tambah bagi konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2016), lokasi yang baik adalah lokasi yang mudah diakses oleh target konsumen dan dekat dengan pusat aktivitas masyarakat.
   Dalam konteks layanan ojek konvensional di Mengker, Kabupaten Bogor, lokasi pangkalan ojek memainkan peran penting dalam menarik konsumen. Pangkalan yang terletak di area strategis dan mudah untuk dijangkau. Konsumen cenderung memilih ojek konvensional karena memiliki akses cepat, misalnya tidak memerlukan jaringan untuk memesannya.
2.3.1 Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan elemen kunci yang menentukan keberhasilan suatu usaha, karena keputusan lokasi berkaitan dengan keputusan pembelian konsumen. Lokasi yang ideal bagi perusahaan adalah lokasi yang membuat biaya operasional serendah mungkin. Jika lokasi yang dipilih tidak tepat, biaya operasional perusahaan bisa meningkat, menyebabkan perusahaan sulit bersaing dan berpotensi merugi. Oleh karena itu, memilih lokasi usaha yang tepat adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan.
Menurut Kasmir (2014), pemilihan lokasi usaha merupakan salah satu keputusan bisnis yang harus dibuat secara hati-hati. Penentuan lokasi perlu dilakukan dengan matang yang terdiri dari lokasi untuk kantor pusat, cabang, dan pabrik. Dalam kaitannya dengan studi kelayakan bisnis, hal yang paling komplek dan rumit yaitu penentuan lokasi pabrik. Pertimbangannya yaitu apakah dekat dengan bahan baku atau pasar atau konsumen, biaya dan luas produksi.
Menurut Irawan dan Supriyono (2017), dekat dengan Pasar dan Konsumen Irawan dan Supriyono menyatakan bahwa salah satu faktor penentu dalam pemilihan lokasi bisnis di Indonesia adalah kedekatan dengan pasar atau konsumen. Lokasi yang dekat dengan konsumen dapat mengurangi biaya distribusi dan meningkatkan kepuasan pelanggan karena produk atau layanan lebih mudah dijangkau.
Menurut Harianto (2020), Biaya Lahan dan Tenaga Kerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harianto, biaya lahan dan tenaga kerja di wilayah tertentu menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan lokasi. Di Indonesia, wilayah dengan biaya lahan yang lebih rendah namun tetap strategis cenderung lebih dipilih, terutama oleh UKM dan industri yang baru berkembang.
2.3.2 Keuntungan Pemilihan Lokasi yang Tepat
Keuntungan-keuntungan pemilihan lokasi yang tepat, seperti peningkatan efisiensi operasional, akses lebih baik ke pasar, pengurangan biaya produksi, insentif pemerintah, penghematan biaya logistik, adaptasi sosial budaya, dan stabilitas lingkungan bisnis, semuanya berkontribusi pada kesuksesan bisnis di Indonesia. Berikut keuntungan pemilihan lokasi menurut beberapa ahli:
Widodo (2015), Peningkatan Efisiensi Operasional Widodo menekankan bahwa pemilihan lokasi yang memiliki infrastruktur memadai, seperti jaringan transportasi dan akses energi yang stabil, dapat meningkatkan efisiensi operasional. Keberadaan infrastruktur yang baik mengurangi biaya operasional, mempercepat distribusi, dan meminimalisir gangguan pada kegiatan produksi.
Irawan dan Supriyono (2017), Peningkatan Akses Pasar Menurut Irawan dan Supriyono, lokasi yang dekat dengan pasar utama atau konsumen memungkinkan perusahaan untuk lebih mudah menjangkau target pasar. Ini meningkatkan peluang penjualan, mempercepat layanan, dan membuat perusahaan lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen, yang akhirnya meningkatkan kepuasan pelanggan.
Harianto (2020), Pengurangan Biaya Produksi Harianto menyebutkan bahwa pemilihan lokasi yang memiliki biaya lahan dan tenaga kerja yang rendah dapat secara langsung mengurangi biaya produksi. Di Indonesia, daerah dengan upah tenaga kerja lebih rendah tetapi tetap memiliki aksesibilitas tinggi merupakan keuntungan besar bagi bisnis yang ingin mengoptimalkan biaya.
Amri (2018), Mendapatkan Insentif dan Dukungan Pemerintah Amri menyoroti bahwa memilih lokasi di wilayah yang mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam bentuk insentif pajak atau perizinan yang dipermudah merupakan keuntungan besar. Dukungan kebijakan pemerintah lokal dapat mengurangi beban regulasi dan biaya, serta mendorong pertumbuhan bisnis.
Nasution (2016), Sinergi dan Kolaborasi Industri Nasution menyatakan bahwa memilih lokasi di dekat klaster industri atau pusat ekonomi menciptakan peluang untuk sinergi dan kolaborasi antar-perusahaan. Misalnya, industri yang berkumpul dalam satu wilayah dapat saling mendukung melalui kerjasama rantai pasok, berbagi teknologi, dan peningkatan daya saing secara keseluruhan.
Gunawan (2019), Penghematan Biaya Logistik Gunawan berpendapat bahwa dekatnya lokasi dengan sumber bahan baku sangat menguntungkan, terutama bagi industri manufaktur. Penghematan biaya logistik dan transportasi dalam mendapatkan bahan baku mengurangi beban biaya produksi secara signifikan, yang pada gilirannya meningkatkan profitabilitas.
Sudarmadi (2021), Penyesuaian dengan Preferensi Sosial Budaya Menurut Sudarmadi, pemilihan lokasi yang sesuai dengan preferensi sosial dan budaya lokal memberikan keuntungan dalam hal kemudahan adaptasi bisnis dengan konsumen. Bisnis yang berada di lokasi dengan budaya yang sesuai dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat, yang pada akhirnya mendukung keberlanjutan dan kesuksesan jangka panjang.
Gunarto (2022), Stabilitas Lingkungan Bisnis Gunarto menekankan bahwa memilih lokasi di wilayah yang stabil secara politik dan ekonomi memberikan keuntungan dalam hal keberlangsungan bisnis jangka panjang. Stabilitas politik dan dukungan pemerintah setempat memastikan bahwa bisnis dapat beroperasi tanpa banyak hambatan eksternal.
2.3.3 Indikator Lokasi
Lokasi memiliki peran penting dalam menjalankan bisnis. Jika lokasi usaha terletak di tempat strategis, dekat dengan pusat keramaian, mudah diakses, dan memiliki nilai tambah, lokasi tersebut biasanya menjadi favorit konsumen.
Tabel 2.1Â
Indikator Lokasi
NoÂ
Indikator
Penjelasan
1.
Ketersediaan lahan parkir
Lokasi yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
2
Memiliki tempat yang cukup luas
Lokasi atau tempat yang dapat menjadi tempat melayani konsumen, aktivitas produksi, aktivitas penyimpanan, ataupun untuk mengendalikan kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
3
Lokasi yang mudah di jangkau
lokasi yang dilalui atau mudah di jangkau sarana transportasi umum. Dengan banyaknya transportasi umum yang melintas akan memudahkan konsumen untuk datang ke tempat usaha.
4
Lokasi yang strategis
lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang norma.
Sumber: Fandy Tjiptono dalam mochammad zaky (2019)
2.4 Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan maupun karyawan. Kepuasan tersebut tentunya dapat tercipta apabila harapan pelanggan terpenuhi Kasmir (2017) Kualitas pelayanan adalah kelengkapan fitur suatu produk atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan Kotler & Keller (2016).
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa, kualitas pelayanan dalam seberapa baik suatu layanan atau produk memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen, serta seberapa efektif interaksi antara penyedia layanan dan pelanggan dalam menciptakan pengalaman yang memuaskan.
2.4.1 Â Prinsip-Prinsip Kualitas Pelayanan
Prinsip-prinsip kualitas pelayanan mencakup serangkaian tindakan yang diberikan oleh perusahaan, yang bersifat tidak berwujud namun dapat dirasakan oleh konsumen. Pengukuran kualitas pelayanan diambil dari evaluasi konsumen atas layanan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dan harapan mereka.
Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang baik, perusahaan harus mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Menurut Tjiptono dan Chandra (2016), ada enam prinsip utama dalam kualitas pelayanan, yaitu:
Kepemimpinan Strategis
Kualitas harus menjadi inisiatif dari manajemen puncak, dengan komitmen untuk memimpin perusahaan dalam meningkatkan kualitas.
Pendidikan
Seluruh staff, dari manajemen hingga karyawan operasional, harus mendapatkan pendidikan terkait kualitas, termasuk konsep kualitas, implementasi, dan peran eksekutif dalam strategi kualitas.
Â
Perencanaan
Perencanaan strategi harus memasukkan pengukuran dan tujuan kualitas yang akan mengarahkan perusahaan menuju visinya.
Review
Proses review adalah alat yang efektif untuk mengubah perilaku organisasi, dan menjamin upaya berkelanjutan dalam mencapai tujuan kualitas.
Komunikasi
Keberhasilan strategi kualitas ditentukan oleh komunikasi yang efektif dengan karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lain.
Penghargaan dan Pengakuan
Penghargaan kepada karyawan yang berprestasi dapat meningkatkan motivasi dan rasa kepemilikan dalam organisasi, yang pada akhirnya memberikan kontribusi besar kepada perusahaan dan pelanggan.
2.4.2 Â Dimensi Kualitas Layanan
Afandi (2018) menyatakan bahwa dalam meningkatkan kualitas pelayanan, perlu diperhatikan dimensi-dimensi kualitas pelayanan sebagai berikut.
Prosedur Pelayanan
      Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan.
Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian layanan.
Produk Pelayanan
Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan  diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana harus disediakan secara memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan, harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan
2.4.3 Model Kualitas Layanan
Ghotbabadi, Feiz, dan Baharun (2015) mengidentifikasi empat model kualitas layanan sebagai berikut:
Model Gronroos: model ini adalah awal yang dikembangkan oleh Gronroos untuk konsep kualitas layanan. Model ini menekankan pentingnya pemahaman perusahaan terhadap persepsi konsumen mengenai layanan yang diberikan. Perusahaan harus menyelaraskan kualitas yang dirasakan dengan kualitas yang diharapkan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Model GAP Kualitas Layanan: Model ini berfokus pada pengukuran kualitas layanan melalui identifikasi kesenjangan antara layanan yang dirasakan dan yang diharapkan.
Model Kualitas Layanan yang Dirasakan: Model ini menjelaskan bahwa kualitas pelayanan diukur dari sikap konsumen dan kinerja layanan yang dirasakan, yang digunakan sebagai tolak ukur kualitas layanan.
Model Hierarki: Model ini mengusulkan pendekatan struktural hierarkis untuk menilai kualitas layanan, mencakup berbagai tingkat dimensi dan sub-dimensi.
Â
2.4.4 Indikator Kualitas Pelayanan
Indikator Kualitas Pelayanan Menurut Fitzsimmons dalam Zaenal Mukarom dan Muhibudin (2015) mengemukakan lima indikator Kualitas Pelayanan yaitu :
Tabel 2.2Â
Indikator Kualitas Pelayanan
NoÂ
IndikatorÂ
PenjelasanÂ
1
Reability
Ditandai dengan pemberian Kualitas Pelayanan yang tepat dan benar.
2
Tangibles
ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya lainnya.
3
Responsiveness
Ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat.
4
Assurance
ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan Kualitas Pelayanan.
5
Empati
Ditandai tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
Sumber: Fitzsimmons dalam Zaenal Mukarom dan Muhibudin (2015)
Reliability yang benar. ditandai dengan pemberian Kualitas Pelayanan yang tepat dan
Tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya lainnya.
Responsiveness ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat.
Assurance yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan Kualitas Pelayanan.
Empati yang ditandai tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
2.5 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang dianggap relevan. Hasil-hasil tersebut digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini untuk menghindari duplikasi dengan penelitian sebelumnya. Penulis menyertakan penelitian terdahulu yang relevan tersebut sebagai acuan, Adapun hasil peneliti terdahulu yang peneliti temukan yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh (Arifien, 2020) dengan judul Pengaruh Gaya Hidup, Promosi, Harga, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Penggunaan Transportasi Online (Studi Kasus pada Pengguna Jasa Transportasi Online Grab di Kota Magelang), hasil dari penelitian yang telah dilakukan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup, promosi, harga, dan kualitas pelayanan terhadap keputusan dalam menggunakan transportasi online, dengan fokus pada layanan Grab. Sampel penelitian ini terdiri dari 100 responden pengguna Grab di Kota Magelang, yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Uji hipotesis dilakukan melalui analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan, promosi juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan, harga tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan penggunaan, sementara kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Prasetya & Legowo, 2016) dengan judul Rasionalitas Ojek Konvensional dalam Mempertahankan Eksistensi di Tengah Adanya Gojek di Kota Surabaya hasil dari penelitian ini adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rasionalitas serta alasan yang mendasari upaya ojek konvensional dalam mempertahankan eksistensinya di tengah kehadiran layanan transportasi Gojek di Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi dari Alfred Schutz. Teori yang digunakan mencakup teori pilihan rasionalitas (James Coleman) dan tindakan sosial (Max Weber). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ojek konvensional memiliki preferensi nilai dalam upaya mempertahankan eksistensi mereka di tengah persaingan dengan Gojek. Ada tiga klasifikasi nilai yang menjadi motif utama ojek konvensional, yaitu: nilai ekonomi (pendapatan sebagai ojek konvensional dianggap lebih menguntungkan dibandingkan menjadi pengemudi Gojek), nilai solidaritas (ojek konvensional mengutamakan kerukunan dan gotong royong), dan nilai tradisi (tradisi tawar-menawar tarif antara penumpang dan ojek, yang memberikan kebebasan bagi penumpang untuk menawar harga sesuai keinginan mereka).
Penelitian yang dilakukan oleh (Realino et al., 2023) dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Kepuasan Konsumen ( Studi Pada Mahasiswa Pengguna Ojek Konvensional) hasil dari penelitian ini Penelitian ini mengevaluasi pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan konsumen mahasiswa pengguna ojek konvensional di Universitas Nusa Nipa. Populasi penelitian adalah semua mahasiswa pengguna ojek konvensional di universitas tersebut, dengan sampel purposive sebanyak 100 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner menggunakan skala Likert dan dianalisis dengan SPSS 25. Hasilnya menunjukkan bahwa baik kualitas pelayanan maupun harga memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen secara individu dan bersamaan. Ojek konvensional tetap merupakan sarana transportasi yang sangat dibutuhkan di Kota Maumere.
Penelitian yang dilakukan oleh (Aini, 2024) dengan judul Analisis Kepuasan Konsumen pada penggunaan Ojek Online Dan Ojek Konvensional Di Kabupaten Banyuwangi hasil dari penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan sampel sebanyak 5 orang. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi tingkat kepuasan konsumen terhadap aplikasi layanan ojek online dan ojek konvensional. Penelitian ini memanfaatkan data kualitatif yang kemudian disajikan secara deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data melibatkan reduksi data, penafsiran, dan interpretasi secara kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumen merasa ojek online lebih memudahkan yang lebih transparan dan sesuai jarak yang dituju, tanpa perlu tawar-menawar, serta memberikan pelayanan yang ramah dan sering mengadakan promosi yang sudah dikenal oleh konsumen.
Penelitian yang dilakukan oleh (Santoso, 2022) dengan judul Motivasi Pekerja Ojek Konvensional dalam Era Transportasi Ojek Online (studi pada jasa Ojek pangkalan di jembatan gurem kabupaten pamekasan Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumen merasa ojek online lebih memudahkan dibandingkan dengan ojek konvensional.) hasil dari penelitian ini Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenalogi. Teori yang diterapkan adalah teori solidaritas sosial, yang dinilai cocok dengan penelitian ini. Setelah mengumpulkan data dari narasumber di Bangkalan, peneliti menemukan bahwa motivasi pekerja ojek di lokasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor: ketidakpahaman terhadap teknologi (gaptek), pendapatan yang dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan ojek online, solidaritas yang kuat antar pekerja ojek, serta lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan mirip dengan suasana keluarga.
Â
2.6 Kerangka Pemikiran
Keputusan penggunaan menurut Santoso dan Widiawati (2020) seringkali melibatkan faktor-faktor yang menentukan keputusan konsumen dalam memilih produk atau layanan
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H