Dia terdiam dan ruangan ini yang sedari tadi sepi masih lengang dengan diamnya kami. Mukanya merona dan ia terus menunduk.
Diterima? Tidak? Gagal? Sukses? Ah whatever!! Yang penting aku sudah jujur mengungkapkan apa yang ada selama ini. Aku tak peduli apapun hasilnya. Aku hanya ingin melepaskan segala rasa ini dengan segala resikonya. Entah ia menerima atau menolak rasa ini.
"Fik"...
"Ya?", gugup aku menjawab sapaannya. Berharap...
*bagaimanapun, hal ini adalah kejujuranku..*
"Tahukah engkau Fik? Sedari dahulu aku mendamba seorang kekasih, seseorang yang membuatku nyaman dan yang mampu membuatku merasa tenang"
"Sedari dulu aku mendamba seorang laki-laki yang mau bertanggung jawab. Seseorang yang membuatku merasa aman. Seorang lelaki yang tahu kelelakiannya"
"Sedari dulu aku mendamba seorang lelaki yang dewasa. Seseorang yang mau menghadapi kenyataan hidup. Yang mampu mengajakku bersama untuk dewasa"
"Sedari dulu aku mendamba seorang lelaki yang sederhana. Yang mau menerima diriku apa adanya. yang di setia. Entah di depanku apalagi di belakangku"
Kata-katanya manis namun menusuk tajam di dalam hatiku. Aku mendengarkannya. Dan entah kenapa, aku tahu ujungnya akan mengarah kemana. Kuatkan dirimu Fik...
"Maaf, engkau menawarkan dirimu sebagai seorang kekasih, tapi aku tidak hanya mencari seorang kekasih.."