Sebelum jiwa emak-emakku protes dia sudah duluan nyalain korek,
Cresss!!!
Api dari pentul korek mambuat terang semesta, mataku silau sesilau-silaunya.
Kututup saja mataku, dan kubuka kembali ketika menyadari tidak ada getaran laju angkot lagi.
Aku ada di rumah lagi. Sekeliling sudah terang, rupanya lampu sudah menyala lagi. Di depanku masih mematung suamiku yang sama-sama sedang kebingungan.
Aku dan suamiku akhirnya saling pandang. Senter masih menyala tetapi kalah terang dengan lampu rumah. Kumatikan saja.
Rupanya suamiku juga mengalami hal yang sama denganku, menjelajahi lorong waktu.
Lalu dia menceritakan bagaimana mendapatkan senter itu. Ternyata dia membeli senter itu dari toko barang antik di daerah Bandung.
Kata pemilik toko, Â senter itu adalah senter penjelajah waktu jika dinyalakan dalam gelap akan membawa kita ke dalam khayalan yang paling sering kita pikirkan.
Dan kita sama-sama disadarkan oleh bapak-bapak yang menyulut rokok. Ajaib.
"Papah tadi dari mana?" tanyaku sedikit menyelidik.
"Mamah dari mana?"
"Mamah ketemu Dilan, Pah," jawabku sumringah. Suamiku hanya mesem. Dia tahu aku suka dengan Dilan dan gombalannya yang tidak pernah bisa dia berikan padaku.
"Papah ketemu Rose dong," katanya tidak mau kalah.