"Bu, ini di mana?" tanyaku pada ibu-ibu yang membawa keranjang anyaman pandan. Seikat kangkung nongol dari dalam tas, rupanya dia baru pulang dari pasar.
"Kenapa Neng? Nyasar?"
"Gak tau, Bu. Saya ujug-ujug ada di sini," kataku polos.
"Lahh si Neng mah lieur," jawab si Ibu pemilik kangkung.
Belum reda kebingunganku, masuk dua orang remaja sekolah ke dalam angkot.
Yang cewek cantik, rambutnya panjang, pakai jaket varasity yang suka dipakai pemain baseball, berwarna merah marun sedangkan yang cowok terlihat ganteng, pakai jaket jeans belel berkerah beludru coklat.
Keduanya seperti tidak asing bagiku tapi tidak tahu siapa. Otakku belum pulih dari bingung.
Angkot mulai berjalan karena tidak ada lagi penumpang anak sekolah yang mau masuk.
Kedua remaja itu terdiam, hanya sesekali saling pandang.
Yang cowok terlihat sedikit tengil, gayanya selalu menggoda cewek yang bersamanya.
Ganteng sihh, ganteng banget malah, aku juga mau kalau jadi pacarnya. Tapi yang cewek sepertinya tidak suka karena terus saja melengos ketika beradu pandang dengan cowoknya. Mungkin mereka masih pedekate.
"Milea, kamu cantik. Tapi aku belum jatuh cinta, ngga tau kalau sore. Tunggu saja," kata cowoknya, membuatku tersentak kaget.
"Dilan!" teriakku, membuat kaget penumpang lain termasuk kedua remaja itu dan ibu pemilik kangkung.