Pagi-pagi aku rajin kuliah lagi, Â Tina kelihatan agak kaku ketika aku ajak ngobrol, sementara teman-teman acuh tak acuh saja, apa mungkin mereka sudah tahu profesiku selama ini ya..? atau memang diantara kami sudah tidak butuh berteman ?
Selasa, 18 April 1989.
Aku terima surat dan wesel dari orangtuaku di kampung, bapak mengabarkan bahwa toko sudah semakin tak  ada yang bisa dijual, kami bangkrut tapi bapak tetap berpesan padaku untuk rajin belajar agar cepat lulus. Kasihan bapak pasti mengusahan uang dari sana-sini agar bisa tetap mengirimin aku uang tiap bulan.
Sabtu, 22 April 1989.
Om Dani muncul lagi, dia bertanya kenapa aku pergi tanpa berpamitan padanya lebih dahulu..
Aaah..enak aja aku bukan apa-apanya ngapain dia mau ngatur-ngatur, pakai marah pula..! Astaga pakai ngungkit-ungit semua yang pernah diberikan padaku  ! Ingin rasanya aku mengembalikan semua pemberiannya..! aku sangat muak padanya..!
Setelahnya dia ngerayu lagi minta dilayani..iih jijik aah ..sama laki-laki macam itu..!
Jum’at, 28 April 1989.
Sejak peristiwa seminggu yang lalu kedatangan Om Dani tidak penah aku gubris..! Pemberiannya aku tolak..! aku tak ingin melayaninya lagi..jijik aah.!
Aku mulai dekat dengan Tina yang rajin kuliah, agar aku juga rajin sepertinya.
Kamis, 4 Mei 1989.