“Assalamu’alaikum..Boss”
“Wa’alaikum salam Mas Sofian, maaf saya sudah di bandara Syamsudin Noor mau pulang Kudus dulu mengantar nyonya dulu Mas…besok-besok saja ya kita bicara kalau ketemu .”
“Oke…Boss…saya tadi mau minta maaf tidak bisa ketemu boss hari ini, karena sibuk jadi lupa…sudah sore begini baru ingat kalau sudah janji dengan Boss…”
“Tidak apa-apa Mas…saya tahu pasti hari Mas Sofian sibuk sekali, karena hari pertama mendirikan rumah, pasti banyak yang harus dikerjakan.”
“Iya..Boss…tapi syukurlah hari ini lancar dan cuaca juga cerah jadi taka da halangan apapun juga…”
“Iya..Mas, sudah diurusi dulu pekerjaannya …semoga rumahnya cepet selesai, mungkin saya baru minggu depan bisa ke Banjar lagi.”
“Iya ..Boss, semoga urusan dengan ibu bisa selesai dengan baik-baik….”
“Okey ..terima kasih Mas, maaf kalau kemarin ibu merepotkan ya…”
“Tidak apa-apa Boss…selamat saja, Wa’alaikumsalam” Kata Sofian mengakhir pembicaraan , sambil meletakkan Hp di meja kerjanya.
Sore itu para tukang dan keluarga yang datang dari Jawa, dan tetangga sedang berkumpul di beranda rumah sambil menikmati pisang sanggar bersama petis pedasnya, ketika tiba-tiba Dwi anak Imoeng yang ke dua berlarian tergesa-gesa masuk rumah dengan diikuti oleh seorang gadis Banjar yang cukup cantik.
“Mas Dwi… ulun kada’ suka pian berjalanan sama Si Aluh, ulun kada bisa terima Mas..”