Penggalian tanah pertama untuk fondasi rumah dilakukan sendiri oleh Sofian, kemudian dilanjutkan oleh para tukang dan tetangga kiri-kanan yang rewang, sehingga dalam sehari semua lubang untuk menanam fondasi rumah sudah tergali.
Sementara di dapur Imoeng dengan dibantu oleh saudara dan tetangga memasak untuk makan siang dan membuat wadai/ kue untuk teman minum kopi sore hari setelah pekerjaan untuk hari itu selesai.
“Bikin wadai apa Buk..ae..hari ini “ Tanya tetangga yang ikut membantu di dapur.
“Banyak pisang itu Cil…bikin Sanggar saja, ada petis juga itu…” Jawab Imoeng. Sanggar adalah pisang goreng tetapi pisangnya dipilih yang agak mentah tapi sudah tua, diolesin tepung terus digoreng. Cara makannya dengan petis yang sudah diberi cabai sehingga agak pedas-pedas, gurih dan manis rasanya.
“Nyaman ae…”
“Dikupas semua itu Cil…biar banyak yang makan…”
Ulun mau jua Cil…kadak cukup kalau sebuting..ha ha ha..”
“Makanya goreng saja sabarataan…”
“Siap Boss….” Gurau Mamak Fais yang sudah memgang pisau untuk mengupas pisang dengan cekatan, dibantu oleh Mamak –mamak yang lainnya.
Setelah asar tiba Sanggar satu tampah sudah siap dihidangkan beserta bumbu petisnya, yang sungguh nikmat aromanya.
Karena kesibukan di rumah Sofian sampai lupa janji mau menemui bosnya di kantor KSP. Maka dia segera menelpon Bos Damang untuk meminta maaf karena sudah terlanjur sore.