Orang tuaku tinggal di kampung halaman. Sebenarnya mereka melarangku untuk merantau ke Jakarta. Namun, aku bersikeras untuk meraih karir dan impianku di kota metropolitan. Mereka melarangku karena mereka mengharapkan keberadaanku diusia mereka yang sudah mulai senja.
Selama ini aku berpikir, kebahagiaan orang tuaku hanyalah kebahagiaan material yang kuberikan pada mereka. Padahal diusia yang sudah mulai menua, mereka hanya membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari anak -- anak yang mereka sayangi.
Ternyata, apa yang kupikirkan salah. Aku sadar, apa yang kuperoleh selama ini, tak lepas dari campur tangan orang tuaku yang selalu merestui dan mendoakan dalam setiap langkahku. Setelah melakukan evaluasi dan berpikir berulang kali, kuputuskan untuk berhenti sejenak dari titik kejenuhan ini. Kini, target utamaku adalah menjadi yang terbaik untuk orang tuaku. Aku ingin menjadi bintang yang selalu berpijar untuk orang tuaku.
BE 3783 YW adalah salah satu plat mobil agen travel yang telah mengantarkanku menuju dermaga di pelabuhan Merak. Hmmm ... Lampung .. Lampung ... Kota kelahiran yang hampir terlupakan oleh ambisiku di kota metropolitan.
Kali ini aku beruntung, karena armada kapal yang kutumpangi dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai. Mulai dari toilet yang bersih, tempat istirahat yang nyaman, ruang tunggu indoor maupun outdoor. Perlahan ku langkahkan kakiku menuju ruang tunggu outdoor di geladak kapal.
Kunikmati perjalananku malam ini dengan ditemani secangkir kopi susu, desiran angin laut yang dingin menusuk tulang, suara deru ombak dan bermandikan cahaya bulan purnama yang indah. Subhanallah, inilah ciptaan Allah yang Maha sempurna.
Di sela -- sela kekagumanku terhadap penciptaan alam semesta ini, kedengar dari kejauhan suara tangisan wanita. Karena saking penasaran, kucari sumber suara tersebut. Disudut ruangan, kulihat seorang wanita menangis tersedu -- sedu. Dengan penuh keraguan, kudekati wanita itu.
"Hai, maaf ya kalo ganggu. Boleh enggak aku duduk di kursi ini?" (sambil menunjuk kursi)
"Hmm ... iya boleh, silahkan!".
"Maaf kalo boleh aku tahu, kenapa kamu duduk disini sendirian? Apa yang kamu lakukan disini?".
"Hmmmm... ( sambil menatapku dengan wajah yang murung)".