Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Sri Patmi: Berlabuh di Geladak Kapal Dharma Kencana II

7 Desember 2020   15:49 Diperbarui: 7 Desember 2020   16:00 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tuaku tinggal di kampung halaman. Sebenarnya mereka melarangku untuk merantau ke Jakarta. Namun, aku bersikeras untuk meraih karir dan impianku di kota metropolitan. Mereka melarangku karena mereka mengharapkan keberadaanku diusia mereka yang sudah mulai senja.

Selama ini aku berpikir, kebahagiaan orang tuaku hanyalah kebahagiaan material yang kuberikan pada mereka. Padahal diusia yang sudah mulai menua, mereka hanya membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari anak -- anak yang mereka sayangi.

Ternyata, apa yang kupikirkan salah. Aku sadar, apa yang kuperoleh selama ini, tak lepas dari campur tangan orang tuaku yang selalu merestui dan mendoakan dalam setiap langkahku. Setelah melakukan evaluasi dan berpikir berulang kali, kuputuskan untuk berhenti sejenak dari titik kejenuhan ini. Kini, target utamaku adalah menjadi yang terbaik untuk orang tuaku. Aku ingin menjadi bintang yang selalu berpijar untuk orang tuaku.

BE 3783 YW adalah salah satu plat mobil agen travel yang telah mengantarkanku menuju dermaga di pelabuhan Merak. Hmmm ... Lampung .. Lampung ... Kota kelahiran yang hampir terlupakan oleh ambisiku di kota metropolitan.

Kali ini aku beruntung, karena armada kapal yang kutumpangi dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai. Mulai dari toilet yang bersih, tempat istirahat yang nyaman, ruang tunggu indoor maupun outdoor. Perlahan ku langkahkan kakiku menuju ruang tunggu outdoor di geladak kapal.

Kunikmati perjalananku malam ini dengan ditemani secangkir kopi susu, desiran angin laut yang dingin menusuk tulang, suara deru ombak dan bermandikan cahaya bulan purnama yang indah. Subhanallah, inilah ciptaan Allah yang Maha sempurna.

Di sela -- sela kekagumanku terhadap penciptaan alam semesta ini, kedengar dari kejauhan suara tangisan wanita. Karena saking penasaran, kucari sumber suara tersebut. Disudut ruangan, kulihat seorang wanita menangis tersedu -- sedu. Dengan penuh keraguan, kudekati wanita itu.

"Hai, maaf ya kalo ganggu. Boleh enggak aku duduk di kursi ini?" (sambil menunjuk kursi)

"Hmm ... iya boleh, silahkan!".

"Maaf kalo boleh aku tahu, kenapa kamu duduk disini sendirian? Apa yang kamu lakukan disini?".

"Hmmmm... ( sambil menatapku dengan wajah yang murung)".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun